31.7.13

Deutschland, 3. Schritt: Einpacken !!

Deutschland, 3. Schritt: Einpacken !!

Kalau semua berkas-berkas seperti paspor, visa, tiket, dll sudah siap, yang berikutnya dilakukan adalah hal yang paling bikin sebel gue kalau mau pergi: packing! Duhh... tau sendirilah gue nggak bisa banget packing dengan beres. Gue tipe yang selalu masukin barang yang gue takut bakal dibutuhkan padahal kadang-kadang ujung-ujungnya enggak. Gue juga tipe yang nggak mau keluar duit banyak pas di sana akhirnya bawa semuanya dari sini aja meskipun bikin koper berat dan penuh -___-a nggak berbakat banget nih jadi traveler, tapi ya mau gimana lagi kalau keterbatasan dana. Misalnya nih ya, di München nanti gue belum tahu apakah bakal dapat kamar yang ada dapur komplitnya atau dapur kosong tanpa alat masak. Katanya penyelenggara kursus, hal itu baru bisa ketauan pas gue udah sampai di sana. Nah, akhirnya gue memutuskan untuk bawa panci dan wajan teflon kecil. Padahal sebetulnya gue bisa aja nggak bawa terus mengandalkan makan menu-menu kantin. Tapi gue ogah banget berhubung sekali makan bisa sampai 5 Euro. Mending gue masak deh lebih hemat. Nah itu dia contoh gue yang membawa barang yang cuma bikin penuh koper doang.

Hal lain yang juga gue masukin di sana dan gak penting adalah: kostum mittelalter gue berikut hiasan rambut dan sepatunya! Hahaha... nggak penting super kan?? Yah, gue bawa ini sebetulnya karena memang ada rencana untuk ke festival Mittelalter bareng temen gue orang Jerman tanggal 15 Agustus (hari libur di München jadi gak ada kuliah yeyeye~). Padahal untuk festival itu gue gak wajib pakai kostum. Bisa aja gue memilih datang sebagai turis biasa dengan pakaian santai untuk jalan-jalan. Tapi ya gitu, gue nggak mau. Nggak afdol ah kalau ke festival mittelalter nggak pakai kostumnya juga (sama kayak ke festival Jepang gak pakai baju cosplay atau gaya Harajuku). Belum lagi teman gue ini seorang fotografer dan memang sedang cari model. Kali aja kaaaan~ (hueekk ... pede jaya -___-a).

Dengan banyaknya barang yang dibawa, akhirnya gue harus cari akal supaya koper gue muat dan gak terlalu berat (harus dibawah 30 kg, kalau perlu di bawah 20 kg deh..). Gue browsing dan menemukan situs ini: http://www.myromanapartment.com/travel-light-bag-pack-single-suitcase-month-trip/ . Bagus juga sih tipsnya. Gue ikuti tips ini dan berhasil, sekalipun kalau si penulis artikel itu memasukkan buku dalam kopernya, gue menggantinya dengan makanan instan dan alat masak, sementara buku gue bawa di ransel. Tapi sebetulnya bukan itu masalah utama gue. Masalah utama gue adalah memilih baju yang akan dibawa. Nggak seperti orang-orang lain, gue nggak mau tiap hari cuma pakai jeans, T-shirt dan jaket doang. Bosan banget. Padahal kesempatan ke Eropa di musim panas adalah salah satu kesempatan yang terbaik untuk bebas berekspresi dengan pakaian. Tidak seperti di sini yang kalau kita pakai tank top dan mini skirt aja udah disuit-suitin abang-abang ojek, di München asal nggak telanjang orang bodo amat sama pakaian kita. Lihat saja foto yang diambil di suatu weekend yang super panas di München ini: https://twitter.com/huwba/status/360790433539956737/photo/1

Balik lagi ke baju yang bakal gue bawa, akhirnya setelah browsing di sana sini gue menemukan beberapa tips oke. Ada tiga tips penting yang gue ikuti:

  • Ambil semua pakaian yang ingin kita bawa lalu buat kombinasi pakaian yang berbeda sebanyak mungkin.
  • Bawalah pakaian-pakaian yang bisa dikombinasikan dengan beberapa pakaian lain, bukan yang hanya bisa satu kombinasi saja.
  • Bawa pakaian tebal sesedikit mungkin di musim panas. Jika kedinginan lebih baik untuk mendobel pakaian daripada membawa sweater tebal atau jaket tebal.
Selain tiga tips ini, gue juga tanya ke teman gue yang orang München tentang cuaca dan suhu di sana selama bulan Agustus. Katanya, suhu tertinggi bisa mencapai 30°C lebih, tetapi bisa jatuh juga ke suhu terendah yaitu sekitar 16°C-18°C. Dia menyarankan agar gue membawa Pullover (Turtleneck) supaya nggak kedinginan pada suhu-suhu seperti itu. Teman gue yang lain menyarankan agar gue membawa satu jaket saja yang cukup hangat. 

Setelah terkumpul semua pakaian yang kira-kira gue mau bawa, berikutnya adalah mencoba membuat beberapa kombinasi pakaian. Gue berhasil membuat 26 kombinasi pakaian. Itu pun masih bisa lebih, tapi berhubung keterbatasan waktu akhirnya gue putuskan untuk mencukupkan dengan 26 kombinasi itu. Nah, berikut ini beberapa kombinasi yang gue buat:

Blazer + tank top merah + rok summer floral + topi + sepatu casual
baju andalan buat ngampus eheheheh.. :)


Long sleeved Tee + legging + red shawl + running shoes
Baju buat pas berangkat :)

Pink weatherproof jacket + red tank top + polkadot mini skirt + legging + wool hat + running shoes
Ini buat piknik ke Neuschwanstein kalau cuacanya bagus. Pas lagi acara sunbathing tinggal buka jaket sama leggingnya :)

Purple pullover + pink skinny jeans + running shoes
ini buat piknik ke Salzburg, karena daerahnya bergunung-gunung dan dingin :)

Secara keseluruhan pakaian yang gue bawa ada 4 kaos, 5 tank top, 1 blazer, 2 kardigan, 1 jaket weatherproof, 3 rok (satu panjang), 3 celana panjang, 1 jeans, 2 celana pendek, 1 dress untuk pergi ke gereja, 1 dress batik untuk acara penganugerahan piagam atau kalau ada Kulturabend, 2 piyama, 1 set kostum mittelalter, 1 sepatu casual, 1 wedges yang agak resmi, sisanya ada topi, shawl, handuk, undies dan toiletries plus alat masak dan beberapa makanan instan. Untuk berangkat gue akan pakai kaos lengan panjang, shawl, legging dan running shoes. Itu banyak banget sih setelah gue lihat-lihat, tapi akhirnya muat dan oke juga dibawa. Mudah-mudahan nggak melebihi kapasitas deh itu koper -__-a

Terus di ransel gue bawa apa ya?? Di ransel ada laptop beserta charger dan printilannya, kotak aksesoris seperti karet rambut dan jepit, kotak bekal dan tempat minum kosong, tas untuk kuliah, binder, tempat pensil, obat-obatan, kamus, suvenir untuk dibagi-bagi di sana, charger hp dan charger kamera. Gue juga bawa tas kecil satu lagi untuk berkas-berkas perjalanan, kamera, hp, notebook kecil, dan satu buku yang gak boleh ketinggalan banget karena itu buku yang menginspirasi gue banget untuk memperjuangkan perjalanan ini, judulnya The Sound of Munich karya Suzanne Nelson :)

Nah, demikianlah barang-barang yang gue bawa dan menghasilkan satu koper beroda ukuran sedang, ransel besar dan satu tas kecil hahaha.. sungguh tidak mencerminkan seorang traveler yang baik. Tapi ya memang gue bukan traveler ya.., gue mahasiswi biasa dengan kondisi ekonomi yang sangat "mahasiswa" juga hahaha.. :P





26.7.13

Hanya Sebuah Khayalan yang Ketinggian

Di beberapa tulisan sebelumnya, gue selalu menekankan bahwa mimpi adalah sesuatu yang bisa dicapai dengan usaha keras dan fokus. Tapi di tulisan yang kali ini gue memutuskan untuk membagikan sedikit pemikiran (atau kegalauan?) gue berkaitan dengan mimpi ini. Pertanyaan seputar apakah gue sebetulnya sudah kebanyakan mimpi sebetulnya sudah sering bertualang di kepala gue. Ya, jujur aja sebagai tukang mimpi yang beberapa mimpinya sudah tercapai, tetap aja sebagai manusia gue merasa kurang. Gue merasa ada banyak mimpi yang belum diwujudkan tapi waktunya sedikit, atau malah terasa nggak mungkin. Sejauh ini mimpi-mimpi gue yang tercapai diperjuangkan dengan doa yang banyak, kemampuan kognitif dan harapan. Dan itu semua nggak mudah. Rata-rata butuh perjalanan panjang, gagal di sana-sini dan lain sebagainya. Gue pengen juga kadang-kadang ketiban mimpi yang tiba-tiba, yang karena keberuntungan gitu. Ok, baiklah, gue pernah sih beberapa kali ketiban keberuntungan kecil-kecil, termasuk menangin satu mini CD lagu Mittelalter yang jelas gak bakal dijual di Indonesia, tapi bukan mimpi seperti itu yang gue maksud.

Mimpi yang gue maksud sedikit banyak disebabkan oleh diri sendiri yang kebanyakan baca komik, baca novel romantis, nonton film atau bahkan ngepoin teman sendiri. Nah, ini nih yang mulai membuat gue berpikir bahwa gue udah kebanyakan melakukan hal-hal itu. Atau sebetulnya bukan benda-benda itu sih yang bikin gue jadi tukang mimpi, tapi guenya sendiri yang masih sulit mendefinisikan beberapa hal di dalamnya sebagai "khayalan belaka" dan bukan "realita yang mungkin aja terjadi". Gimana ya, kadang-kadang gue suka ngarep berlebihan sih kalau-kalau kejadian-kejadian di komik, novel dan film itu bisa terjadi beneran sama gue. 

Apa sih sebetulnya yang ada di komik, novel atau film yang gue nikmati sampai jadi kebanyakan mimpi itu. Yah.., sebetulnya ujung-ujungnya persoalannya sama sih, masalah masa depan. Lebih jelasnya, bertemu seseorang yang akan jadi masa depan kita. Gue heran ya kenapa sih kalau di komik, novel atau film itu kejadiannya selalu menarik (ya iyalah kalau ngebosenin atau biasa banget ntar gak ada yang beli -.-a). Misalnya nih, di novel romantis pertama yang gue baca, judulnya Love in Prague karyanya Riheam. Pasti banyak deh yang udah baca ini. Sebetulnya cerita cintanya biasa aja sih, tipikal teenlit gitu. Tapi kenapa yah, kok dua karakternya ini bisa jatuh cinta dengan latar belakang kota Praha yang cantiknya to the max? Padahal nih ya, kalau yang namanya jatuh cinta tuh mau kejadiannya di perkampungan kumuh pinggir rel dekat tempat pembuangan sampah pun rasanya tetap aja semua jadi indah banget, apalagi di kota secantik Praha :'3 Atau cerita yang ditulis sama empat penulis lokal, yang judulnya Travelers' Tale: Belok Kanan, Barcelona. Dua tokoh yang tadinya nggak disangka-sangka malah ketemu dan akhirnya nikah. Dan mereka jadi mengenal satu sama lain lewat perjalanan panjang yang mereka lalui untuk sampai di Barcelona. Mengenal seseorang dan jadi suka dalam suatu kesempatan melakukan perjalanan bersama itu menurut gue keren banget. Novel-novel kayak gini tuh sekarang lagi menjamur banget dan merekalah satu-satunya kelompok novel cecintaan yang gue masih suka baca (soalnya gue gak suka yang settingnya cuma di sekolah, kampus atau kehidupan perkantoran. Bosen banget -,-"). Gimana nggak makin berkhayal coba. 

Sebetulnya cerita-cerita di komik nggak sampai seheboh novel sih, karena mereka kebanyakan bersetting sekolah atau kampus. Tapi tetep aja ya, apapun yang mereka lakukan di sana, atau adegan-adegannya terasa "lebih" daripada dunia nyata. Adegan favorit gue misalnya kalau ada karakter yang pasangan lagi kencan di taman ria. Terus pas naik ferris wheel tiba-tiba tanpa sadar mereka ciuman. Atau misalnya mereka baru pdkt terus pas di puncak ferris wheel itu mereka jadian. Hmm.. gimana ya, waktu gue jadian kayanya gak ada yang sampai segitunya. Tempat jalan terromantis paling museum atau Kota Tua (yang udah banyak alaynya jadi bikin males -.-a). Itu pun pergerakannya terbatas oleh norma-norma ketimuran yang sebetulnya masih gue pertanyakan kenapa. Hmm...

Menjelang keberangkatan gue ke Jerman, gue pun semakin berkhayal ketinggian. Masalahnya, orang yang bakal jadi masa depan kita itu kan bisa ada di mana aja. Kalau gue diberkati dengan cerita hidup yang menarik seperti novel dan film, bisa aja orang itu ada di kursi samping gue pas di pesawat, di ruang tunggu bandara, di segala sudut kota Munich, di antrean panjang menuju Neuschwanstein, di dalam U-Bahn/S-Bahn, di suatu sudut di kota Salzburg ketika gue tengah berpetualang sendirian di sana, di tengah keramaian festival Mittelalter yang mungkin gue datangi, di dalam perpustakaan LMU ketika gue mencari bahan untuk skripsi, bahkan di kamar tetangga di Wohnheim. Atau bisa aja orang itu sebetulnya teman lama di Eropa yang jauh-jauh datang ke Munich ketemuan langsung dan lalu berlanjut sampai... ehem. >////< 

Yah... gue gak mau berharap muluk-muluk sih. Sampai saat ini gue cuma berdoa supaya perjalanan gue ini membawa sesuatu yang berguna dan menyenangkan, termasuk pengalaman-pengalaman seru yang tidak terlupakan. Berkaca pada pengalaman teman-teman gue, sebut saja si A, si D dan si S, semua berani melepaskan masa lalunya dan melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Mudah-mudahan setelah berani melepas masa lalu gue, gue pun memperoleh masa depan yang lebih cerah dan mimpi-mimpi lain yang tercapai. Amin. :)


14.7.13

Deutschland, 2.Schritt: Visum Beantragen

Selangkah mendekati Jerman. Saatnya saya mengajukan permohonan visa ke kedutaan Jerman. Rupanya walaupun segala macam prosesnya sudah dijamin DAAD, alias gak perlu bayar lagi sekitar Rp700.000,- ternyata prosesnya lumayan ribet hehee...

Berbeda dari pengajuan visa umum, saya cukup membawa beberapa dokumen saja, yaitu: formulir pengajuan visa diisi lengkap, foto 3,5x4,5 biometris yang nggak boleh senyum dan harus kelihatan kuping jadi bikin saya kelihatan kayak tante-tante galak, paspor yang masih berlaku min. 3 bulan sebelum tanggal berakhirnya, surat undangan dari universitas penyelenggara kursus (Teilnahmebescheinigung), keterangan jumlah beasiswa yang diterima (Annähmeerklärung), surat keterangan dari jurusan tempat kuliah, dan keterangan pemesanan tiket pesawat. Nah.., begini kira-kira yang tertera di email yang saya terima dari pemberi beasiswa.

Tanggal 24 Juni 2013 saya telah membuat janji dengan pihak kedutaan pukul 10.00 pagi. Pembuatan janji ini bisa dilakukan di website resmi kedutaan bagian pengurusan visa. Email bukti pembuatan janji juga harus dibawa. Nah, karena biasanya pagi-pagi jalanan Jakarta dirambati kemacetan, alhasil saya berangkat dari rumah pk 08.00. Begitu keluar sampai jalan besar Pancoran, benar saja, macet luar biasa! Ternyata sopir taksi yang menyupiri saya pintar, sodara-sodara, dia menyarankan untuk lewat tol. Awalnya sih agak keberatan, habis 'kan itu berarti keluar uang lagi. Dia bilang, kalau lewat tol macetnya cuma sebentar. Dan saya pun memutuskan untuk ikut. Pertama-tama agak skeptis sih, dan saya merasa dibohongin, habis macetnya lumayan panjang. Sampai tiba-tiba terdengarlah sirene mobil polisi. Si sopir taksi langsung membuat ancang-ancang. Ternyata itu rombongan pejabat lewat. Segera si sopir mengemudikan taksinya tepat di belakang rombongan dan jalan tol tiba-tiba terasa lengang karena pengemudi lain menepi semua. Dalam sekian detik tiba-tiba saya sudah sampai di Semanggi. Niat datang pagi supaya nggak terlambat eh malah jadinya terlalu cepat. Alhasil saya harus menunggu satu setengah jam sampai giliran saya dipanggil ketika di loket visa itu.

Gimana sih prosesnya ketika mengajukan visa itu? Jadi pertama-tama harus absen dulu sama satpam yang jaga di pintu depan. Nomor paspor kita dilihat dan dicocokkan sama catatan yang dimiliki pihak kedutaan tentang janji yang sudah dibuat. Habis itu kita masuk dan lewat bagian pemeriksaan tas. Waktu itu handphone harus dimatikan dan diberikan ke satpam. Handphone kita ini lalu dimasukkan di loker dan kuncinya diberikan pada kita buat diambil lagi waktu pulang. Selanjutnya naik deh ke lantai dua, bagian pembuatan visa. 

Di atas kita diabsen lagi sama mbak-mbak petugasnya. Intinya kita konfirmasi kalau sudah tiba, nanti nama kita diberikan ke penjaga loket dan kita disuruh nunggu sampai dipanggil. Astaga..., nggak ada handphone, bosennya minta ampun nunggu sampai satu setengah jam. Mana tempat duduk terbatas, jadi gak bisa ditinggal jalan-jalan. Apa ya kira-kira yang saya lakukan? Hehehe.. betul sekali sodara-sodara, saya mengepo!! xD Duduk saja diam di situ dan dengarkan pembicaraan orang di sekitar. Wah.., alasan mereka ke Jerman macam-macam ya.. Ada yang kuliah S2, ada yang mau bisnis, ada yang liburan, tapi yang paling bikin iri sih waktu ada dua orang keponakan dan tantenya yang sibuk ngobrol kalau mereka ke Jerman buat menghadiri pernikahan saudaranya. Duhh.. jadi pengen deh kayak saudaranya itu.. :) Kapan ya nyokap saya jadi seperti tante itu hehehee...:P

Akhirnya tibalah giliran nama saya dipanggil. Saya masukkan semua dokumen yang saya bawa ke loket. Setelah dicek oleh petugasnya, lalu saya cek ulang, saya boleh pergi. Satu-satunya pertanyaan yang saya dapat adalah: kamu di kota mana kursusnya? Hehehee... Lancar jayaaaa~ Saya pulang dengan selembar kertas semacam bukti pengajuan visa dan tanggal pengambilannya, yaitu 28 Juni.

* * *
28 Juni. Hari itu saya berencana berangkat lebih siang, berhubung janji jam 10 dan kalau urusan ambil visa, kita harus ngantri di luar pagar -___-a Saya berangkat jam setengah sembilan. Sopir taksi yang kali ini tidak sepintar yang sebelumnya. Ia lewat jalan lain untuk menghindari macet dan ternyata malah macet. Di tengah kemacetan itulah tiba-tiba saya ditelepon oleh pihak kedutaan. Mbak-mbak tersebut mengabarkan kalau asuransi saya dari DAAD hanya menjamin sepanjang hari kursus, alias tanggal 5-28 Agustus! Sementara itu gue sudah tiba di Jerman tanggal 3 dan baru pulang tanggal 29. Mbak itu juga mengatakan bahwa saya harus mengurus asuransi untuk sisa hari yang tidak dijamin. Mati banget... berapa duit itu?? Dengan memelas saya katakan bahwa pada waktu saya terima email berkas yang harus dibawa, saya tidak melihat adanya pernyataan itu. Saya juga bilang bahwa dua teman saya yang lain lolos-lolos aja walaupun ada perbedaan hari. Sayangnya si mbak bersikeras, katanya kalau dipaksa nanti saya dapat masalah di Jerman. Yah, terpaksalah saya merelakan hari itu untuk mengurus berkas yang kurang ini. Puji Tuhan, setelah berdoa saya menemukan ternyata asuransi perjalanan saya menjamin dari tanggal 2-5 Agustus dan 29-1 September :D Dengan segera saya cari tempat fotokopian dan mengantarkan berkas itu ke kedutaan. Agak nyebelin sih, karena 'kan buang-buang waktu dan uang. Sementara teman-teman saya yang buat visa sebelum itu lolos-lolos aja walaupun tanggalnya beda -__-a Tapi yasudahlah, mungkin ini ujian lagi buat saya sebelum sampai ke Jerman. Saya yakin semua ini akan terbayar ketika sudah tiba di Jerman.

Akhirnya saya datang lagi untuk mengambil visa tanggal 5 Juli. Saya datangnya lebih siang lagi ini, baru jalan dari rumah jam setengah sembilan lebih. Bahkan saya sampai lihat jam terus karena takut terlambat. Ternyata sampai di sana saya belum boleh masuk dan disuruh antre sama satpamnya di depan pagar kedutaan Jerman, bersama pengambil visa yang lain. Yah begitulah, mengantre dan mengantre sampai masuk ke dalam dan berada di depan loket berwarna putih tempat pengambilan visa. Nggak lama sih, tapi menegangkan juga, karena pas itu lagi ada kendala dari kedutaannya sehingga pembuatan visa agak terlambat. Bahkan ada mbak-mbak yang berdiri beberapa deret dari saya dan mendapati bahwa visanya belum jadi, alhasil dia harus datang lagi tanggal sekian untuk mengambil visanya. Saya berdoa aja tuh, komat kamit sendiri semoga visa saya udah jadi karena kalau harus balik terus datang lagi kan rugi juga -___-a
Dan... puji Tuhan.. visa saya sudah ada!! :') sambil disuruh cek ulang karena takut nomor paspornya beda, saya pun berbunga-bunga hehehee.. akhirnya, dapat juga nih satu hal yang paling bikin repot hahaa.. Akhirnya saya pulang bersama satu langkah lagi mendekati Jerman :)

13.7.13

Surga Utara dan Firdaus Selatan

Pada sebuah ruang hangat dekat perapian
Di tengah musim panas berkabut dingin
Ia bercerita tentang negerinya
Kerajaan yang jaya masa lampaunya
Namun terlupa oleh manusia

Pada sebuah ruang beku dalam pendingin
Di tengah musim kemarau basah
Kudengar cerita tentang negeriku
Kerajaan yang jaya masa lampaunya
Namun terlupa oleh manusia

Tanahnya surga dari utara
Milikkulah firdaus selatan
Tempat lukisan terindah tangan Tuhan terletak
Tempat manusia-manusia bodoh bergentayangan
Menggerogoti kecantikan surgawi
Kedua tanah kami

Ia berkata lagi
Selayaknya aku berdiam di sana
Karena aku ingat kisahnya
Sesaat aku rasa bahagia
Sebab aku t’lah diterima
Kemudian aku bertanya
Bukankah diri ini sama?
Meski selalu kuingat kisahnya
Dengan si bodoh apa bedanya?
Jika aku pun, manusia yang melupa
di negeriku sendiri

by LV~Eisblume
14.07.13
for our very short but meaningful conversation

3.7.13

Interpals: Meet Your International Penpals :)

Jadi di sini gue mau cerita tentang sebuah situs pertemanan yang sedikit banyak sudah mewarnai hari-hari gue yang sepi ini (lebay!) bahkan mengubah hidup gue (lebih lebay lagi!) hahahaa... Sebetulnya gue udah lupa darimana gue tahu situs Interpals.net ini. Kalau nggak salah sih dari teman yang juga suka main di tempat semacam ini. Situs ini pada awalnya dibuat untuk mencari sahabat pena dari seluruh dunia. Hmm.. kebetulan gue suka tukeran kartu pos dan koleksi perangko, jadilah situs ini cocok untuk gue. Tetapi setelah gue main di situ beberapa saat, gue justru berpikir bahwa situs itu lebih cocok untuk mencari teman dari berbagai negara secara umum (tidak harus penpal) dan yang paling penting, itu situs untuk bertukar bahasa :)

Gue lupa kapan pertama kali gue sign up di Interpals, kalau nggak salah sih sekitar awal masuk SMA gitu. Waktu itu profile gue namanya "LVEisblume", sama seperti nama di blog ini. Agak lupa sih waktu itu siapa aja yang jadi teman gue. Yang jelas gue dapat teman 2 cewek orang Jerman yang sampai sekarang masih berhubungan, namanya Sabrina dan Mimi. Sabrina ini akhirnya jadi teman email gue, meskipun akhir-akhir ini dia sibuk banget jadi kita udah jarang email-emailan -.-a Kalau Mimi ini asyik orangnya, soalnya dia berminat banget sama bahasa Indonesia. Bahkan dia fans beratnya Ariel NOAH. Jangan tanya gue dia tau darimana, karena gue bukan yang ngenalin ke dia hahaha... Jadilah partner belajar bahasa yang asyik, karena kebetulan gue juga belajar bahasa Jerman. Rencananya sih gue dan dia mau ketemu nanti di Jerman. Dia bakal datang naik kereta dari Leonberg, kota tempat tinggalnya. Hmm.. mudah-mudahan jadi ya.. :)

Nah, tapi profil gue dengan nama "LVEisblume" ini akhirnya gue hapus, karena pada saat itu tiba-tiba aja banyak banget teman gue yang udah lama gak main di Interpals. Gue pun sibuk dengan sekolah (tahulah SMA gue beratnya kaya apa) dan akhirnya nggak kepegang. Gue nggak enak sama teman-teman yang suka kirim pesan dan gak gue bales-bales, akhirnya daripada gue bingung, mending gue kabur sajaa.. hehee.. (duh, jangan ditiru ya sodara-sodara). Beberapa saat nggak bermain Interpals, ternyata gue kangen berat sama pertemanan internasional yang memang "beda". Gimana bedanya nanti gue ceritakan. Pada akhirnya gue pun memutuskan untuk membuat akun baru di Interpals. Di sini gue bertransformasi menjadi "Frouwelinde" hehehee... Gue berubah dari anak polos baik-baik yang selalu kabur tiap kali dikirimin pesan *piiiip* sama orang menjadi seorang penganut subkultur medieval Eropa yang lebih menarik. Seorang Scorpio memang paling ahli bertransformasi hehehe...

Bagaimanakah si Frouwelinde itu?? Gue susun sebuah profil baru yang tampilannya berbeda. Kalau dulu superngebosenin banget karena warnanya item doang, sekarang profil gue lebih berwarna. Kalau dulu isinya pengenalan singkat doang, sekarang lebih variasi. Gue isi profilnya dengan kisah-kisah khayalan gue kalau seandainya gue pernah hidup di masa lalu. Tulisan ini sebetulnya khayalan total, tapi cukup sukses menarik orang untuk mampir walaupun sekedar berkomentar. Kebanyakan dari mereka menyangka gue percaya dengan yang namanya reinkarnasi. Hmm.. tentu saja tidak, karena pemahaman gue berbeda dari reinkarnasi. Terus di bagian bahasa yang dipelajari, hmm.. agak nekat nih. Kalau dulu gue isi Jerman beginner dan English intermediate, sekarang gue nekat dengan pasang English fluent dan Jerman advance :) Di bagian bahasa yang gue pelajari diisi bahasa Norwegia dan Rusia, tadinya mau dimasukin lagi bahasa Polandia, tapi entar dulu ahh.. yang gampang aja belum beres mau mulai yang susah hahahaa... Oh iya, perubahan bahasa itu berkaitan dengan gue yang telah bertransformasi dari cuma Germanophile menjadi Germanophile, Scandinavophile dan Slavophile hehehee... :P Semua itu akarnya sama kok, kultur medieval yang gue ikuti. Dan gue senang karena setidaknya sekarang gue tahu di mana posisi gue dalam peta identitas internasional. Kalau dulu, pas zaman ababil gue nggak jelas termasuk di golongan apa, sekarang gue sudah bisa menggolongkan diri ke medieval lover ini :)

Yang gue suka dari Interpals? Hmm... banyak sih sebetulnya. Gue akui memang kata-kata seorang teman gue bener, yang bilang kalau Interpals anggotanya banyak yang alay dan sombong-sombong. Tetapi itu ada sebabnya. Yang alay itu rata-rata para weeabo, freak Kpop tingkat dewa atau otaku animanga yang udah akut. Gue juga males sih temenan sama orang-orang ini, habisnya yang diomongin cuma anime manga Kpop doang. Kalau yang sombong, gue maklum sih, emang banyak yang jadi begitu karena di Interpals suka banyak yang nggak sopan. Nanti gue cerita nih soal ketidaksopanan ini. Sekarang yang gue suka dulu. Jadi, di Interpals ini kalau sekalinya dapat temen tuh bisa beneran temenan :) Dan nggak tahu kenapa ya, mereka tuh omongannya sekalinya berbobot ya bisa berbobot banget. Mungkin gue ya yang kurang pergaulan di Indonesia, sampai gue bisa berpikir kalau di Indonesia gue belum pernah bertemu dengan orang yang bisa ngobrol soal-soal begitu. Gue jadi merasa nyambung banget :') Bukan berbobot aja, bahkan mereka banyak yang bisa membalikkan pendapat gue dan memberikan sudut pandang baru. Nah, ini nih yang bisa membantu gue jadi lebih maju.

Tapi di sisi lain ada juga negatifnya situs ini. Nggak jauh-jauh dari situs pertemanan lainnya, banyak yang pervert! dan maaf aja, bukannya mau rasis, tapi kebanyakan mereka orang Arab dan Afrika. Orang Turki juga banyak. Astaga kalau mereka kirim pesan tuh langsung sok kenal sok dekat gitu pakai panggilan "cutie", "baby", dll. Belum apa-apa udah minta temenan, padahal kenal aja belum ckckckck.. Terus kalau diiyain nih friend requestnya, mereka suka maksa. Kayak kemarin gue ketemu orang dari Pakistan yang ngajak Skype-an. Eh dia maksa telepon terus loh minta video call. Hiiy.. mending ganteng, ini nyeremin dan superpervert. Males juga kan kalau diajak video-an terus baru nyala belum apa-apa gambarnya udah *piiiip*. Berkebalikan dari orang-orang ini, berdasarkan pengalaman gue ada dua kelompok orang yang paling sopan, yaitu orang Jepang (cowoknya) dan orang-orang Eropa kebanyakan. Mereka sopan banget, kalau mau ngajak temenan nyapa dulu, kenalin diri dulu, dan tanya beberapa hal sama kita. Mereka nggak langsung minta temenan atau maksa pengen video call -.-a Jadi semakin respek gue :)

Yang bikin males lagi tuh kalau ada orang Indonesia datang ke profil gue dan ngajak ngobrolnya bahasa Indonesia terus dangkal-dangkal gak jelas gitu kayak nanya kuliah di mana, udah ada yang punya belum, ckckckck.. Woyy.. gue di sini mau belajar bahasa, jangan ngajak ngobrol bahasa Indonesia lah -.-a mana obrolannya nggak penting pula hmmm...

Yah, begitulah pengalaman gue dengan Interpals.net. Lumayan mewarnai hari-hari gue dan bikin belajar hehee.. :)

by LV~Eisblume