28.3.11

Sebuah perumpamaan

Sang elang betina jatuh cinta pada sebuah arca batu. Namun arca batu itu hanya melirik pada wanita pemikir di sudut taman. Selagi menggalau hatinya, sang elang betina didatangi sesosok garuda yang mengajaknya terbang bersama melupakan arca batu itu. Sang elang betina jadi ragu, manakah yang akan ia pilih? Arca batu yang tak peduli padanya, atau garuda yang tak dicintainya? (bersambung)




for my experience...

25.3.11

Sigurd dan Brynhild

Langit bersetubuh dengan bumi jadilah dirinya yang lebih indah dari permata dan lebih perkasa dari batu mana pun

Dibawanya sosok lain lembut gemulai berkendara dengan sayap-sayap kuda menuju aula di angkasa tempat pahlawan berdiam menanti hari senja

Ketibaan sang ibu yang melahirkan cintanya di atas awan-awan surga adalah kesalahan 

Maka dikecup dua kelopak mata yang mohon ampun oleh sang Mahadewa hingga ia lelap tertidur dalam buaian gunung batu di tengah dinding api membara

Tersimpan, terlelap, terdiam, tak hidup
Brynhild and Sigurd

Siapakah gerangan ia, ksatria yang muncul di atas bumi menempa besi dan menyatukan pedang berkilat warisan ayah yang terbelah dua oleh sang leluhur?

Dengan sekali tebas matilah naga penunggu gua dan direbutnya harta karun paling diinginkan di muka bumi anugerah Sungai Rhein

Nyanyian burung yang didengarnya sembari mandi darah naga membuka berlembar masa depan yang tertulis untuknya

Berkendara di atas keberanian menuju gunung batu buaian masa depannya yang terpagari dinding-dinding api bertemu ia dengan sang pengembara

Sang pengembara, leluhurnya, ayah dari masa depannya dan sang Mahadewa

"Capailah puncak gunung batu itu tempat harta karun yang lebih indah dari emas Sungai Rhein terlelap dalam kesendirian menanti seorang penyelamat!"

Dipacunya kaki-kaki kuda menembus dinding api dan tiba di puncak gunung sang gadis terlelap di atas bilah batu beralaskan rambut emasnya

Ia yang lebih indah dari permata dan lebih perkasa dari batu mana pun dikulum bibirnya oleh sang ksatria pembunuh naga penunggang kuda keberanian penguasa harta karun Sungai Rhein hingga terbangun dalam rasa cinta

Dan bercermin aku di atas kaca kehidupan sadar akan siapa diri dalam legenda dari utara tertulis dalam baris kata-kata itu

Akulah Brynhild sang Valkyrie ditidurkan dalam buaian kesepian oleh sang Mahadewa dalam perjalanan yang terpagari api-api petuah

Dan siapakah gerangan ksatria Sigurd yang pemberani bertekad menembus dinding api pemagar hidupku?

By LV~Eisblume
24.03.11
inspired by the second part of Volsunga Saga, a Norse legend

21.3.11

die Tage und die Geschichte (asal usul nama-nama hari dalam bahasa Jerman)

Akhirnya setelah penelusuran beberapa saat ketemu juga nih soal asal-usul nama-nama hari dalam bahasa Jerman. Awalnya saya tertarik gara-gara baca Mitologi Norse yang memang ada hubungannya dengan nama-nama hari ini. Lalu ketika disebutkan di dalam website tentang Mitologi Norse (http://www.timelessmyth.com/) yang saya baca tentang hari-hari ini, saya jadi ingin menelusuri lebih lanjut dan akhirnya ketemu juga jawabannya :D


Nama-nama hari di Jerman adalah sebagai berikut: Sonntag, Montag, Dienstag, Mittwoch, Donnerstag, Freitag, dan Samstag. Walau begitu beberapa nama hari dalam bahasa Jerman ada yang mengalami perubahan dari nama aslinya. Pada awalnya, nama-nama hari di Jerman memperoleh namanya dari nama dewa-dewi yang dipuja bangsa-bangsa Germania. Sistem penamaan ini mungkin terinspirasi dari bangsa Romawi yang juga menamakan hari-hari menggunakan nama dewa-dewi pujaan mereka. Hal ini khususnya tampak dari nama-nama dewa-dewi yang diambil oleh bangsa Germania yang merupakan padanan dari dewa-dewi Romawi yang dijadikan nama-nama hari. Namun ada sedikit perbedaan karena dalam bahasa Latin, nama dewa-dewi mereka sama dengan nama planet sehingga dalam bahasa Latin, nama-nama hari juga dapat dikatakan berasal dari nama-nama planet termasuk matahari dan bulan. Sementara dalam bahasa Jerman, nama dewa-dewi mereka tidak sama dengan nama planet-planet.


Berikut ini adalah nama-nama hari yang asli di Jerman (sebelum mengalami perubahan) beserta artinya:


1. Sonntag = Minggu
Nama Sonntag berasal dari nama dewi matahari bangsa Germania, yaitu "Sunna". Dalam Mitologi Norse, Sunna disebut juga Sol. Dalam mitologi Jerman, Sunna atau Sol juga disebut Ostara. Matahari yang identik dengan datangnya musim semi, disambut dengan suatu festival di Eisenach yang menghadirkan sosok Frau Sunna atau jelmaan dewi matahari. Sementara itu, dari nama Ostara-lah bahasa Jerman untuk Paskah berasal. Paskah dalam bahasa Jerman disebut Ostern, karena perayaan ini identik dengan musim semi dan kebangkitan/kehidupan. Matahari merupakan salah satu simbol dari kebangkitan/kehidupan ini.


2. Montag = Senin
Nama Montag berasal dari dewa bulan Moon, atau dalam mitologi Jerman dikenal dengan nama Mani. Mani adalah saudara laki-laki dari Sol atau Sunna. 


3. Dienstag = Selasa
Dienstag berarti hari untuk berkumpul (Assembly Day). Saya belum menemukan mengapa ia disebut hari untuk berkumpul, mungkin ada suatu kebiasaan dalam sejarah yang terkait dengan hari ini. Namun, Dienstag bukanlah nama asli untuk hari Selasa. Pada awalnya nama untuk hari ini adalah Ziostag. Ziostag adalah bentukan dari Tiwazdaeg, yang berasal dari nama dewa perang dan keadilan bangsa Germania yaitu Tiwaz atau yang dalam mitologi Norse dikenal sebagai Tyr. Pada bangsa Romawi, padanan untuk dewa ini adalah Mars dan hari Selasa dalam bahasa Latin adalah Dies Martis.


4. Mittwoch = Rabu
Mittwoch berasal dari dua kata yaitu Mitte (tengah) dan Woche (minggu) yang berarti tengah minggu. Mittwoch merupakan nama pengganti yang dianggap lebih mudah oleh bangsa Jerman untuk menggantikan nama asli hari ini yaitu Wodenstag. Pergantian ini terjadi pada abad ke 10 ketika hari Minggu ditetapkan dengan pasti sebagai awal periode 7 hari (minggu). Wodenstag berasal dari nama dewa tertinggi bangsa Germania yaitu Wodan atau yang dalam mitologi Norse dikenal dengan nama Odin. 


5. Donnerstag = Kamis
Donnerstag berasal dari nama dewa petir bangsa Germania yaitu Donar, atau dalam mitologi dikenal dengan nama Thor. Donar dikisahkan memiliki sebuah palu raksasa yang jika dipukulkan dapat menimbulkan kilat dan petir yang menggelegar. Donar dipadankan dengan dewa Jupiter dalam kepercayaan Romawi, sekalipun ia tidak sama dengan Jupiter yang merupakan dewa tertinggi bangsa Romawi. Donar bukanlah dewa tertinggi bangsa Germania.


6. Freitag = Jumat
Dalam bahasa Jerman kuno (Althochdeutsch) disebut Frigedag, berasal dari nama dewi Frigga, istri dari dewa Wodan. Tetapi ada pula yang beranggapan bahwa nama Freitag berasal dari nama dewi cinta, kecantikan dan kesuburan bangsa Germania dan Skandinavia yaitu Freyja. Seringkali dalam mitologi Jerman, Frigga dan Freyja dianggap sebagai sosok yang sama. Dalam legenda Jerman, keduanya disimbolkan dalam sosok Frau Holle atau Holda, roh yang dianggap memberkahi manusia dengan kesuburan dan kecantikan. Padanan dewi ini dalam kepercayaan Romawi adalah Venus.


7. Samstag = Sabtu
Samstag berasal dari kata bahasa Jerman kuno (Althochdeutsch) yaitu Sambaz tac. Dikatakan bahwa nama ini berasal dari bahasa Perancis, Samedi yang berarti hari Sabat. Hari Sabat dalam kebudayaan Yahudi merupakan hari terakhir dalam satu minggu di mana orang tidak boleh mengerjakan apa-apa selain berdoa kepada Tuhan. Namun ada pula yang mengatakan nama Sambaz tac berasal dari bahasa Latin, Dies Saturni, yaitu hari Saturnus.


Demikianlah sedikit info tentang asal-usul nama hari dalam bahasa Jerman. Maaf jika ada kekurangan dalam pembahasannya ^^ Maklum, pengetahuan linguistik penulis masih terbatas nih heheehehee...:)

19.3.11

Seandainya Saja Bisa... (curhatan seorang mahasiswi Sastra Jerman)

Hari ini saya mau cerita atau tepatnya numpang curcol. Setelah satu semester saya belajar di jurusan Sastra Jerman FIB UI, saya merasa bahwa apa yang saya dapat di sini sangat kurang dan belum maksimal. Saya merasa materi yang diberikan masih kurang padat dan belum mampu memenuhi keingintahuan saya yang besar mengenai Jerman. Saya tahu bahwa cara belajar mahasiswa memang berbeda dari siswa. Kita tidak lagi disuapi melainkan dianjurkan untuk mencari sendiri materi yang memang tidak diperdalam di kelas. Namun alangkah baiknya apabila di kelas pun diadakan sesi khusus untuk membahas materi-materi ini.

Yang sangat saya sesalkan, sesungguhnya kesempatan itu ada namun tampaknya tidak dimanfaatkan atau dimanfaatkan untuk hal lain yang bagi saya kurang penting. Di FIB para mahasiswa diwajibkan untuk mengambil mata kuliah wajib universitas maupun fakultas. Mata kuliah wajib universitas yang sudah saya dapatkan di antaranya MPKT A (ini semacam PKn, budi pekerti dan etika disatukan), MPK seni, MPK agama dan Bahasa Inggris. Setelah saya jalani, saya merasa keempat-empatnya tidak terlalu penting. Mengapa? MPKT A misalnya, saya merasa tujuan dari pembelajaran MPKT itu yakni membuat mahasiswa mampu bertindak dan berpikir dengan baik dan benar (sesuai ajaran etika, moral dan berpikir tepat dan logis) tidak tercapai. Pada akhirnya walaupun saya diceramahi di dalam kelas untuk beretika sesuai Pancasila dan lain-lain, saya tetap pada pendirian saya bahwa manusia bebas bertindak apa saja sejauh tidak merugikan orang lain. Toh dalam diskusi kelas pun saya selalu berseberangan dengan yang lain. Isi buku MPKT menurut saya terlalu berlebihan dan tidak efektif dalam penyampaian. Terlalu banyak hal yang ingin disampaikan tetapi tidak dapat dipadatkan. Yang lebih parah lagi, isi buku itu kadang-kadang bertentangan dengan pemikiran saya. Apa iya lalu saya harus dipaksa mengikutinya?
Kemudian dengan MPK seni, saya memilih kelas musik dan vokal. Ekspektasi saya adalah saya akan mendapat pengetahuan tentang musik dan sedikit mengenai praktiknya. Ternyata, karena sks nya hanya 1 pada akhirnya MPK seni tidak lebih dari teori-teori yang disampaikan dengan terburu-buru dan praktik yang kurang sekali. Nah, lain lagi masalahnya dengan MPK Agama dan MPK Bahasa Inggris. Kedua hal ini sudah saya dapat dan diulang-ulang dari SD. Masa harus belajar lagi? Agama itu urusan pribadi masing-masing orang dan lebih merupakan tanggung jawab bagi keluarga dalam pengajarannya. Bahasa Inggris, di kelas ini saya menemukan hal unik. Kemarin ketika saya menerima kembali hasil karangan saya, saya lihat bahwa di situ sama sekali tidak ada koreksi dari dosen. Saya tidak percaya karena selama satu semester belajar bahasa Jerman saya yakin bahwa bahasa Inggris saya amburadul. Ternyata benar, setelah saya ketik ulang di Ms Word dan saya cek tata bahasanya, ada beberapa bagian yang salah. Bagaimana bisa dosen tidak melihat dan tidak mengoreksi kesalahan sebanyak itu? -.-"

Saya ingin jika seandainya bisa, mata kuliah wajib universitas dihapuskan saja dan diganti dengan mata kuliah wajib jurusan sesuai yang telah kita pilih. Hal itu akan lebih baik. Para mahasiswa akan dapat lebih mendalami dan maksimal dalam menyerap ilmu di jurusannya. Atau setidaknya jumlah sksnya yang diperbanyak. Semester ini untuk Sastra Jerman hanya wajib mengambil 15 sks, itu pun 6 sks untuk mata kuliah wajib universitas. Berarti yang wajib jurusan hanya 11. Sangat kurang menurut saya. Mengapa? Karena jelas-jelas ada beberapa mata kuliah yang kekurangan jam. Buktinya mudah saja, dosen yang mengajar Perkembangan Kesusastraan (Pekasus) di kelas saya mengatakan bahwa ia tidak akan membahas sastra abad pertengahan karena waktunya kurang. Bayangkan! dari sekian panjang periode kesusastraan (abad 1-21) kita melompati abad pertengahan yang nota bene berlangsung dari abad 8-16. Delapan abad dilewati begitu saja padahal jelas sumbangan dari abad ini khususnya untuk zaman Klasik dan Romantik cukup besar! *geleng-geleng kepala* Seharusnya jam untuk mata kuliah ini bisa ditambah agar kita bisa membahas juga bagian yang dibuang tersebut.
Kemudian kelas PKJ, saya merasa bahwa materi sangat banyak namun tidak semua dapat dibahas di kelas. Banyak bagian-bagian penting yang dari tahun ke tahun semakin dikurangi (saya lihat ini dari catatan mahasiswa angkatan senior saya yang begitu lengkap sementara pada angkatan saya hal-hal tersebut tidak lagi disinggung). Bahkan di kelas B (saya di kelas A) banyak pertanyaan dalam kelas yang akhirnya tidak pernah terjawab. Jelas bahwa mata kuliah ini perlu ditambah sksnya sehingga mahasiswa dapat menyerap pengetahuan dengan maksimal.

Usul saya lagi, alangkah baiknya jika di jurusan Sastra Jerman ada mata kuliah wajib Mitologi Norse/Teutonic. Sebagaimana Sastra Perancis yang kebudayaannya berasal dari masa klasik (Romawi dan Yunani) mempelajari juga Mitologi Yunani, maka Sastra Jerman yang kebudayaannya berdasar pada mitologi Skandinavia kuno tentu perlu juga mempelajarinya. Sedikit banyak Mitologi Norse/Teutonic mempengaruhi atau menginspirasi banyak karya-karya sastra Jerman sampai sekarang. Sayang sekali jika tidak dipelajari. Gambaran tentang pengaruh ini mungkin dapat saya ceritakan sedikit. Dalam mitologi Norse/Teutonic ada suatu kisah yang disebut Edda atau Volsunga Saga. Kisah inilah yang kemudian disebut Nibelungenlied dalam sastra Jerman abad pertengahan. Nibelungenlied kemudian diubah menjadi opera tiga seri (Der Ring des Nibelung, Valkyrie, die Gotterdaemmerung) oleh Richard Wagner. Wagner ini merupakan komposer dan musisi ternama yang menjadi favorit dari Ludwig II von Bayern (yang membangun Neuschwanstein), Friedrich Nietzsche (filsuf besar Jerman) dan Adolf Hitler (diktator Jerman pada masa PD II). Nah, sedikit banyak pasti karya-karya Wagner berpengaruh pada mereka bertiga yang punya pengaruh dalam sejarah dan budaya Jerman.

Saya melihat salah satu universitas di Jerman yang memiliki jurusan Sastra Jerman (di sana disebut Germanistik) terbaik yaitu Universitas Freiburg di Baden-Wuerttemberg menuliskan hal-hal yang dipelajari dalam Germanistik itu. Termasuk di dalamnya perkembangan kesusastraan Jerman dari masa abad pertengahan sampai modern, telaah teks sastra termasuk yang ditulis dalam bahasa Jerman kuno (Althochdeutsch, Mittelhochdeutsch, Neuhochdeutsch), salah satu bahasa asing dari rumpun Skandinavia (Norwegia, Swedia, Denmark atau Eslandia), dan tentu saja Mitologi Norse/Teutonic. Seandainya jurusan Sastra Jerman tempat saya belajar juga melakukannya. Sayang sekali tidak. Atau mungkin memang sengaja tidak supaya saya nanti belajar lagi dan memperdalam hal-hal yang kurang ini di Universitas Freiburg? (AMIIIIINN...)

18.3.11

Linden: Pohon Sejuta Cerita

Judulnya lebay... sebenarnya nggak seheboh itu sih tapi di artikel kali ini saya mau bahas tentang pohon Linden. Kenapa saya tertarik membahasnya? Lagi-lagi bukan karena hobi berkebun atau suka dunia botani, saya hanya tertarik dengan cerita-cerita di balik pohon ini, sama seperti cornflower di awal blog ini.


Linden atau diterjemahkan dengan nama Tilia dalam bahasa Indonesia adalah sebuah pohon yang berasal dari wilayah Eropa tengah dan timur. Nama latinnya adalah Tilia platyphyllos. Pohon Linden merupakan salah satu jenis pohon yang sering tumbuh di hutan musim dan hutan homogen di wilayah pegunungan bagian tengah (tidak terlalu tinggi). Tinggi pohon ini dapat mencapai 40 meter dan diameter batangnya sekitar 1,8 meter. Warna daunnya hijau tua dan berbentuk hati. Lebar daun sekitar 6-15 cm. Pohon Linden berbunga pada bulan Juni dan bunganya berwarna putih kehijauan. Pohon ini dapat tumbuh sampai berumur ratusan tahun.

Unter der Linden di Berlin

Pohon Linden merupakan salah satu pohon yang multifungsi. Pada umumnya ia ditanam sebagai pembatas jalan atau penghias taman seperti yang terdapat pada salah satu jalan utama di Berlin yang bernama Unter der Linden. Bunganya menghasilkan banyak madu yang manis untuk makanan lebah. Kayunya juga sangat berguna untuk kayu bakar dan merupakan salah satu pohon yang baik untuk ditebang karena ia dapat tumbuh dengan cepat. Pucuk-pucuk mudanya yang lembut juga seringkali dimasak sebagai salad. Konon katanya pohon ini juga dapat menyembuhkan penyakit epilepsi dan bunganya sering diseduh dalam teh untuk minuman relaksasi. Pada abad pertengahan, kayu pohon Linden digunakan untuk seni ukir dan pembuatan patung.

Dalam bidang budaya, pohon Linden dijadikan sebagai penanda pusat kota atau desa. Tradisi ini berawal dari zaman dahulu kala dan sekarang pohon-pohon yang berusia ratusan tahun ini dapat ditemukan di beberapa pusat kota-kota tua di Jerman. Di bawah pohon inilah para warga kota dan desa berkumpul dan mengadakan pesta. Mereka menari di bawah pohon ini sehingga ada sebuah jenis pohon Linden di Jerman yang dikenal dengan nama Tanzlinden (Tanz = Tarian). Seringkali setelah berakhirnya suatu perang atau wabah penyakit, penduduk kota atau desa menanam pohon Linden yang dianggap sebagai simbol perdamaian. Salah satunya adalah ketika Perjanjian Westphalia yang mengakhiri perang 30 tahun di Jerman ditandatangani. Selain dua hal di atas, pohon Linden digunakan untuk tempat pertemuan para penduduk dan tempat melangsungkan upacara pernikahan.

daun Linden berbentuk hati

Dalam mitologi Teutonic atau Norse, pohon Linden dianggap (atau didedikasikan) sebagai dewi Freyja (atau Frau Holle), dewi cinta, kecantikan dan kesuburan. Mungkin karena daunnya yang berbentuk hati? Atau karena kecenderungan bahwa pada abad pertengahan, pohon ini sering digunakan para pasangan untuk duduk di bawahnya sembari memadu kasih. Karena dedikasi ini pula (mungkin) masyarakat menganggap pohon ini berjenis kelamin perempuan. Maka dalam bahasa Jerman disebut die Linden. Sementara itu pohon oak yang sering ditemukan tumbuh dekat pohon Linden didedikasikan untuk Thor, dewa petir.
Pohon Linden yang sangat besar dan tua

Mitos ini lain lagi dalam mitologi Yunani. Dikisahkan bahwa Zeus dan Hermes yang menyamar untuk turun ke dunia manusia dan melihat apa yang dilakukan manusia mencari tempat tinggal. Tidak ada seorang pun yang bersedia menerima mereka kecuali pasangan suami istri Philemon dan Baucis. Pasangan ini kemudian diberi hadiah sesuai permintaan mereka. Karena mereka meminta untuk tidak melihat pasangannya mati lebih dulu maka ketika keduanya mati, Philemon dijadikan pohon oak dan Baucis sebagai pohon Linden. Karena itu sampai sekarang kedua pohon ini sering ditemukan tumbuh berdekatan. Karena cerita ini juga, pohon Linden menjadi simbol cinta, kebaikan hati, persahabatan dan keramahan.

Dalam mitologi Celtic ada kisah lain lagi. Pohon Linden dianggap dapat memberikan kebijaksanaan dan keadilan maka suatu pengadilan terbuka di masa abad pertengahan seringkali dilakukan di bawah pohon ini. Kepercayaan ini juga terdapat di Jerman maka pada abad pertengahan pun pengadilan desa di Jerman dilakukan di bawah pohon Linden.

Pohon Linden di musim dingin

Pohon Linden sangat populer dalam seni sastra khususnya kesusastraan Jerman. Pohon Linden banyak disebut dalam puisi maupun prosa. Minnelied (syair/lirik cinta yang populer di Jerman pada abad pertengahan) karangan penyair ternama Walther von der Vogelweide berjudul Under der Linden. Syair ini mengisahkan tentang seorang gadis desa yang menceritakan pengalamannya bercinta dengan seorang ksatria di bawah pohon Linden.

Under der linden an der heide
Da unser zweier bette was
Da mugt ir vinden schone beide
Gebrochen bluomen unde gras
Vor dem walder in einem tal
Tandaradei!
Schone sanc diu nahtegall

Kemudian Bettina Brentano, saudara perempuan dari Clemens Brentano pun menulis pada saudara laki-lakinya sebagai berikut:

Die Linden blühen, Clemente, und der Abendwind schüttelt sich in ihren Zweigen. Wer bin ich, daß ihr mir all euren Duft zuweht, ihr Linden? Ach, sagen die Linden, Du gehst so einsam zwischen unseren Stämmen herum und umfaßt unsre Stämme, als wenn wir Menschen wären, da sprechen wir dich an mit unserm Duft.
Sebuah puisi karangan Wilhelm Mueller yang juga dibuat musikalisasi oleh Franz Schubert yang berjudul Am Brunnen vor der Tore juga menyebutkan pohon ini.
Am Brunnen vor dem Tore, da steht ein Lindenbaum: ich träumt in seinem Schatten so manchen süßen Traum; ich schnitt in seine Rinde so manches liebe Wort; es zog in Freud und Leide zu ihm mich immer fort.“
Bahkan sastrawan nomor satu Jerman, Johann Wolfgang von Goethe pun menuliskan dalam salah satu briefromannya, Die Leiden des Jungen Werthers bahwa sang tokoh utama cerita, Werther sangat menyukai pohon Linden dan meminta ketika meninggal dikuburkan di bawah pohon ini.

Menarik bukan??


14.3.11

For the Land of the Sunrise

May the blossoms bloom
on the land of the sunrise
to calm mother earth


by LV~Eisblume
14.03.11
written in English haiku style

10.3.11

Lohengrin

Dari balik kabut sosok putih itu
Sayap yang terbentang membawa harap
Doa sang gadis telah terjawab
Di atas putih itulah sang pahlawan

"Mein Held, mein Retter, nimm mich hin!"

Menang adalah persembahan
Cinta adalah hadiah
Janji adalah syarat
Dan mereka bersatu

"Elsa, mein Weib! Du süße, reine Braut!"

Ingin tahu membawa duka
Kar'na jika kau tanya nama
Penyelamat itu pergi
Dan sang wanita kembali sendiri

"Jetzt muß ich, ach! von dir geschieden sein.
Leb wohl, Leb wohl! Mein süßes Weib!"

By LV~Eisblume
07.03.11

4.3.11

A man is like a dog while a woman a monkey.

Pernyataan ini dikemukakan oleh salah satu teman saya, Reyninta, di kampus ketika kemarin kita makan siang bersama di Sastra Cafe, FIB UI. Katanya sih itu dia dapat dari dosen Bahasa Inggrisnya yang kebetulan sering mengajak mahasiswanya mengobrol soal hidup kalau lagi nganggur di kelas. Ketika saya mendengarnya, saya tersadar juga bahwa ternyata pernyataan itu ada benarnya juga. Maka dari itu saya ingin share di sini.

A man is like a dog, pria itu seperti anjing.

Pernyataan ini adalah sebuah perumpamaan dari apa yang biasanya pria lakukan ketika berselingkuh dari pasangannya. Anjing sebagaimana kita tahu sangat menyukai tulang. Namun apabila kita memberinya tulang besar yang lezat di atas piring emas di suatu ruangan, dan ketika ia menikmatinya lalu kita buka sedikit pintu ruangan itu dan menaruh di depan pintunya sebuah tulang kecil yang baru dan segar, pastilah anjing itu langsung meninggalkan tulang yang tadi begitu dinikmatinya demi tulang kecil segar yang baru itu.

Hal ini seperti pria ketika berselingkuh dari pasangannya. Sekalipun ia sudah merasa nyaman dengan seorang wanita, jika ia melihat wanita lain yang dirasa lebih menarik dan ada sedikit saja kesempatan maka pada umumnya pria akan meninggalkan wanita itu demi yang baru.

A woman is like a monkey, wanita itu seperti monyet.

Nah, kalau wanita tipe selingkuhnya seperti monyet. Seperti kita tahu, monyet jika sedang bergelantungan di pohon dan akan berpindah tempat mencari yang lebih nyaman, maka ia akan menggunakan satu tangannya untuk maju dan membiarkan yang lain tetap menggantung pada tempat yang pertama tadi. Ketika ia merasa mantap dengan genggamannya yang baru, barulah ia melepas genggaman tangan satunya di tempat yang lama.

Ketika berselingkuh, wanita pun demikian. Jika ia sudah merasa tidak nyaman dengan pasangannya dan ingin berganti yang baru, ia akan berusaha menggapai pria yang baru tersebut tanpa melepas yang lama terlebih dahulu. Ketika ia sudah merasa mantap dengan yang baru, barulah ia melepas atau memutuskan yang lama.

Bagaimana menurut anda?

die Schönekluge

Aku tak tahu apa kau tahu,
dia yang kusuka menyukaimu
Si cantik dan pandai
Yang meninggalkan kesan indah,
di hari pertama kau dan dia saling melihat

Aku tak tahu apa kau mau
Memberinya sedikit saja kesempatan
Kesempatan yang kutawarkan padanya,
tapi ia tolak.
Ia tolak demi kau
Si cantik dan pandai

Aku bisa saja cemburu padamu
Kar'na dia yang kuingin ada padamu
Aku bisa saja membencimu
Kar'na kau punya yang tak kupunya
Tapi aku tak ingin
meninggalkan jejak dosa
karena kau yang tak bersalah

Maka aku mohon
Jangan kau biarkan perasaannya sia-sia
Jangan kau sakiti hatinya,
yang menginginkanmu
Jika kau lakukan,
wahai si cantik dan pandai,
aku akan membencimu
dan tak kan pernah memaafkanmu.


By LV~Eisblume
04.03.11