15.11.12

Kepulangan Kerudung Merah


Berbulan-bulan sudah Ibu menanti kepulangan anak semata wayangnya. Ia masih ingat hari itu, ketika anak gadisnya berpamitan ke rumah Nenek. Ia ingat betul pakaian yang dikenakan anaknya, sebuah jubah merah berkerudung dari wol yang dijahitnya khusus bagi anaknya itu. Kerudung Merah, demikian orang memanggil anaknya karena pakaian yang selalu dikenakannya tersebut. Pada hari itu pergilah Kerudung Merah ke rumah Nenek. Ibu telah berpesan sebelumnya, agar gadis itu menjauhi hutan dan terutama seekor serigala yang tinggal di sana. Namun, entah apa yang terjadi, sejak hari itu Kerudung Merah tidak pernah pulang.

Hari ini adalah ulang tahun Kerudung Merah. Sejak pagi Ibu sudah bangun dan membersihkan rumah. Ia menyiapkan banyak makanan lezat, termasuk kue cokelat dengan ceri dan krim kesukaan anaknya itu. Ia melakukan semuanya, seolah Kerudung Merah masih ada dan tinggal bersama dengannya. Ketika semua telah siap, terkejutlah Ibu karena telah melupakan sesuatu yang sangat penting.
"Astaga! Aku lupa, kau sudah tidak ada, Kerudung Merah," bisiknya lirih dalam hati. 
Ia meletakkan sapu yang dipakainya untuk membersihkan lantai di sudut ruangan, kemudian beranjak menuju jendela. Dipandanginya keluasan hutan di luar sana.
"Oh, anakku, Kerudung Merah. Di mana pun kamu berada, juga kalau kamu telah di surga, kamu akan selalu tahu bahwa aku selalu mengingatmu," katanya, seolah menyampaikan pesannya pada angin dan berharap pesan itu akan terbawa masuk ke dalam hutan.
Ibu terus berada di situ sembari membayangkan berbagai kenangan yang dialaminya bersama Kerudung Merah. Ia teringat masa-masa ketika keduanya hidup bersama dengan damai di pondok bersama-sama. Tanpa sadar Ibu tertidur bersandar di bingkai jendela.

* * *

Mentari terbenam di ufuk barat, membawa kegelapan meliputi hutan. Sesosok bayangan kecil berjalan mengendap-endap ke arah pinggir hutan. Di tangannya ada sebuah obor yang apinya menyala-nyala. Di balik cahaya api terdapat sosok bayangan lain yang lebih besar mengikuti bayangan kecil.
"Sssh.. jangan berulah ya, ada seseorang yang akan kukenalkan," kata bayangan kecil itu dalam bisikan.
Bayangan besar mengangguk-angguk menurut pada isyarat tangan yang dibentuk bayangan kecil. Perlahan-lahan keduanya mendekati pondok di tepi hutan, tempat Ibu tertidur bersandar pada bingkai jendela. Bayangan kecil segera mengenali sosok Ibu. Ia berlari mendekati sosok itu dan menampakkan wujud aslinya, Kerudung Merah. 
"Ibu! Bangunlah! Anakmu sudah pulang!" serunya menghambur ke arah wanita yang tertidur itu.
Ibu terbangun karena terkejut. Ia melihat sosok berkerudung merah dari matanya yang masih mengantuk, tetapi ia tidak bisa mengenali suaranya.
"Kaukah itu, Kerudung Merah? Anakku yang hilang itu? Mengapa suaramu berbeda??" tanya Ibu.
Ia berusaha membuka matanya lebih lebar. Dilihatnya sosok cantik jelita dengan rambut emas yang terurai di balik kerudung merahnya. Tidak ada lagi dua buah kepang yang menjulur di balik kerudung itu, seperti yang selalu ia buatkan jika Kerudung Merah hendak pergi ke luar. Tidak ada lagi bibir kecil yang menguncup. Bibir itu telah berganti dengan warna merah delima dalam bentuk lengkungan kecil yang manis. Tidak ada lagi tubuh yang bulat dan mungil, hanya ada sosok molek seorang gadis dewasa yang ramping. Ketika keterkejutan Ibu belum berakhir akibat sosok cantik itu, muncullah sosok lain yang besar yang sedari tadi mendampingi Kerudung Merah. Sosok itu menampak diri sebagai seekor serigala abu-abu besar dengan kuku dan taring yang tajam. Mata kuningnya tiada henti memandang Kerudung Merah, bukan tatapan hendak memangsa, tetapi sebuah tatapan penuh cinta yang hangat. Ibu tidak bisa berkata-kata menyaksikan pemandangan sore itu.
"Selamat sore, Ibu tersayang," kata gadis itu dalam suara merdu layaknya seorang wanita. "Aku telah menjadi dewasa sekarang."
by LV~Eisblume
16.11.12
for my birthday