Sore itu hujan lebat. Udara dingin bertiup dalam angin dari barat laut, membuat aku berulang kali berpikir bahwa aku telah salah berpakaian (meskipun aku mengenakan cardigan ungu sebagai pelapis dan celana panjang berwarna merah muda). Tetap saja aku salah berpakaian, karena sepatu yang kukenakan terlalu cantik untuk menjalani cuaca buruk.
Di bawah atap museum Residenz yang berlukiskan fresko-fresko gaya Barock, aku dan kedua temanku, Domi dan Nataly berlindung dari hujan. Kami tak ingin melewatkan sedikit pun waktu kosong selama di Munich, hingga kami nekat menerjang hujan untuk melihat museum Residenz yang dulunya istana kediaman wangsa Wittelsbach. Tentang keindahan Residenz akan kuceritakan lain kali, karena bukan itulah hal yang terpenting pada hari itu.
Hari itu aku telah membuat janji untuk bertemu seorang teman. Ia tinggal di Munich dan sudah menikah. Kalian tahu di mana kami bertemu? Interpals! Tepat sekali. Situs pertemanan internasional itu tentu pernah kuceritakan pada kalian semua. Memang menyenangkan mencari teman di sana, terlebih kalau kalian menemukan seseorang yang sungguh-sungguh teman. Percaya atau tidak, aku dan temanku ini belum lama saling mengenal di Interpals. Ketika itu aku tengah mencari seseorang yang tinggal di Munich dan mampu membantuku dalam berbagai hal selama di Munich nanti. Lalu aku menemukan sebuah akun yang namanya terdengar indah di telingaku sebagai pecinta Mittelalter dan mitologi Norse. Nama itu kira-kira berarti "pejuang dunia tengah". Dunia tengah adalah istilah dalam mitologi Norse maupun karya-karya Tolkien untuk menyebut planet bumi tempat manusia tinggal. Sepintas melihat deskripsi sang pejuang tampaknya ia bukan orang yang akan senang berteman denganku. Bukan karena aku terpengaruh pandangan bahwa semua orang yang menyukai mitologi Norse adalah pendukung gerakan ekstrem sayap kanan, bukan. Tapi karena kadang-kadang aku merasa bahwa aku sama sekali tidak menunjukkan kesukaanku terhadap subkultur Mittelalter dari penampilanku. Intinya aku tidak punya bukti apapun selain isi otak dan musik-musik yang kudengar.
Singkat cerita, aku memberanikan diri mengirim sebuah pesan. Awalnya hanya mengomentari selera musiknya yang kurang lebih mirip denganku. Lalu lama sekali aku tak menerima balasan. Sampai akhirnya pesanku dibalas! Ia menanyakan beberapa hal dasar dan menceritakan sedikit tentang dirinya, yang ternyata seorang fotografer. Ia menanyakan apakah aku menyukai karya-karyanya. Oh ya, tentu saja, karya-karyanya bagus sekali. Kalian bisa melihatnya di sini: http://gelner-photography.de/index.php/en/ . Aku paling menyukai tema alam. Percakapan kami berlangsung singkat-singkat, karena entah mengapa ia jarang sekali berkunjung ke Interpals. Sampai akhirnya ia menanyakan apakah aku punya Facebook dan menyarankan agar kami berteman di sana juga karena rupanya ia lebih sering berada di Facebook.
Lewat Facebook, kami lebih banyak mengenal. Ia banyak bertanya tentang persiapanku ke Munich sekaligus menanyakan ke mana saja aku akan pergi. Aku pun bercerita bahwa aku sangat ingin melihat festival Mittelalter, yang sayangnya sedang tidak ada di Munich (belakangan aku tahu bahwa ternyata hal itu disebabkan karena di bulan Agustus sebagian besar penduduk Munich berlibur). Di saat yang hampir bersamaan, aku menemukan sebuah festival yang berlangsung di Fürth im Wald, dua jam dengan kereta dari Munich. Cave Gladium namanya. Aku menceritakan festival itu pada temanku ini. Balasannya cukup membuatku terkejut dan bahagia, ia menawarkan diri untuk menemaniku ke festival itu! Aku sangat senang, karena pada awalnya Mutti agak keberatan jika aku pergi sendirian. Selain tentang festival ini, kami juga banyak bertukar cerita tentang kehidupan yang lebih privat. Di sinilah aku mengetahui bahwa ia sudah menikah dengan seorang wanita dari Eropa Timur yang ternyata sangat cantik. Istrinya itu pun ingin bertemu denganku ketika aku tiba di Munich nanti.
Sebelum berangkat menuju festival Mittelalter, kami sepakat untuk bertemu langsung terlebih dahulu. Tanggal 9 Agustus kami sepakati bersama. Pada awalnya, kami akan bertemu di Hirschgarten, yang bagiku sedikit terlalu jauh, tetapi kemudian ia memberikan kebebasan padaku untuk menentukan tempatnya. Kukatakan bahwa aku akan pergi ke Residenz seusai kelas. Ia menawarkan Odeonsplatz sebagai tempat bertemu dan aku menyetujuinya. Kutambahkan sedikit petunjuk: carilah seorang gadis mungil dalam atasan ungu dan celana merah muda.
Dan demikianlah aku berpakaian. Sore itu aku berpisah dari Domi dan Nataly di Residenz. Sebuah pesan singkat menghampiri ponselku, menanyakan keberadaanku. Kukatakan bahwa aku masih di Residenz karena hujan, dan akan berjalan menuju stasiun kereta bawah tanah Odeonsplatz dan menunggu mereka di sana, karena keduanya masih di Marienplatz, satu stasiun dari Odeonsplatz. Dengan ragu aku mengambil tempat duduk di lantai dua stasiun, berharap-harap cemas apakah akan mudah untuk menemukan kedua temanku ini, terlebih lagi karena ini pertemuan pertamaku di dunia nyata dengan seorang teman yang kukenal di dunia maya. Tepat ketika aku merasa tidak yakin akan ditemukan di tempat itu dan memutuskan untuk berjalan turun ke peron stasiun, mereka muncul di balik tangga dan memanggilku. Dengan bahagia aku berlari menghampiri mereka dan membuat sedikit kebingungan dengan menjabat tangan mereka (orang Jerman tidak berjabat tangan ketika berkenalan). Pertemuan pertama di dunia nyata dengan teman yang kukenal di dunia maya :")
Beberapa kalimat basa-basi kami lontarkan, hingga pada pertanyaan terpenting hari itu, karena itulah yang memutuskan segalanya: "Buch oder Mittelalter?" tanyanya. Dengan cepat, jawaban Mittelalter meluncur dari bibirku dengan penuh rasa bahagia dan semangat. Kami pun langsung menuju peron untuk naik kereta ke stasiun Sendlinger Tor, tempat satu-satunya toko Mittelalter di Munich yang temanku tahu. Dua stasiun kemudian, tibalah kami bertiga di Sendlinger Tor. Kami buka payung karena hujan masih terus turun. Kami harus segera mencapai tempat itu untuk berteduh menunggu hujan yang semakin deras.
Sebuah toko kecil dengan simbol ksatria berupa tiga fleur-de-lys menyambut kami di salah satu sudut jalan. Di balik kacanya tampak seorang ksatria berbaju besi berdiri tegap memandang ke arah jalanan. Mengikuti kedua temanku, aku segera melangkah masuk. Sungguh tidak ada kata yang mampu melukiskan betapa bahagia dan kagumnya aku pada toko kecil itu. Di dalamnya kutemukan berbagai jenis benda yang sebelumnya hanya dapat kulihat lewat foto atau rekaman video di internet. Berbagai macam perlengkapan yang biasanya hanya ada di festival Mittelalter menyambut kedua mataku dan memuaskan pandangannya. Pakaian, perabotan, aksesoris, buku, persenjataan, seragam, bendera, dan segala hal lainnya. Temanku membiarkanku melihat-lihat selagi ia berbincang-bincang dengan wanita tua pemilik toko. Wanita ramah itu kemudian juga mempersilakan aku untuk mengambil apapun yang kuinginkan dan mencobanya. Lama sekali aku menjelajah toko kecil itu, karena begitu sulit menentukan pilihan dari sekian banyak benda khas Mittelalter yang tidak ada di Indonesia. Akhirnya pilihanku jatuh pada sebuah tas khas Mittelalter (karena aku butuh tas untuk festival nanti), sebuah kalung Mjolnir Thor dan sebuah kalung dengan pahatan Rune Turisas. Sungguh, aku tidak menyangka akan pernah memiliki benda-benda yang selama ini hanya sukses membuatku melihatnya di monitor laptop dengan penuh keinginan.
Aku masih sibuk mengamat-amati ketika tiba-tiba wanita tua pemilik toko beralih padaku dengan wajah heran tetapi ramah:
"Kamu belum pernah mencoba Met?" tanyanya heran.
"Belum," aku menggeleng.
"Kamu belum pernah?? Ahh.., kalau begitu kamu harus mencobanya sekarang,"Lalu diambilnya sebotol Met buatan rumahan dan empat buah gelas kecil untuk kami bertiga dan dirinya sendiri. Dituangkannya minuman beralkohol tertua di Eropa itu dalam porsi kecil ke dalam gelasku. Warna merah tua segera memenuhi gelas beningku. Kutatap ketiga orang di depanku itu dalam wajah bahagia.
"Prost!!" seru kami berempat dan mulai meneguk sedikit demi sedikit.Rasa manis dan hangat segera memenuhi lidah, tenggorokan dan akhirnya berdiam dalam tubuh mungilku yang kedinginan oleh hujan. Rasa manis dan hangatnya sungguh membuatku meledak dalam kebahagiaan. Kami larut dalam percakapan yang menyenangkan diiringi musik-musik Mittelalter yang cukup sering mewarnai hari-hariku. Dari sekian banyak lagu yang kudengar di berbagai tempat umum di Munich, hanya rangkaian lagu ini yang familiar bagiku. Rasanya campur aduk, seperti ada satu sisi dalam diriku yang mengingatkan akan kehangatan rumah, rumah yang tak pernah kulihat sebelumnya, sementara sisi lainnya menerbangkan diriku ke sebuah alam fantasi yang selama ini hanya kutemui dalam dongeng dan legenda.
Kuceritakan bahwa di negaraku tidak ada hal yang seperti ini, sehingga aku sedih karena tak mampu memenuhi kesenanganku. Aku juga meminta izin pada wanita pemilik toko itu untuk mengambil beberapa foto. Betapa bahagianya aku ketika ia mengizinkanku mengambil foto toko kecilnya itu. Aku juga mendengar banyak cerita. Wanita tua itu rupanya bukan orang Jerman. Ia berasal dari Slovakia. Memang gayanya sedikit banyak mengingatkanku pada sosok wanita bijak di era Mittelalter, tetapi juga seperti seorang gipsi. Sementara itu, kedua temanku menceritakan tentang diri mereka. Kudengar bahwa istrinya yang cantik itu berasal dari Ukraina dan lulusan Germanistik. Ah, mendengar bagian itu membuatku sedikit iri. Wanita ini telah berhasil meraih impian yang sama seperti yang kuimpikan. Bagaimana tidak? Kuliah Germanistik, menikahi pria asal Jerman yang sama-sama menyukai Mittelalter dan bekerja di bidang seni. Bahkan selama di toko, beberapa kali kudengar mereka tertawa kecil membicarakan bahwa beberapa perabot rumah tangga di toko itu cocok untuk rumah baru mereka. Ah, menyenangkan sekali hidupnya. Kapan ya aku bisa mendapatkan impianku yang itu? :') Rasanya hujan telah membuatku sedikit lebih melankolis hari itu.
Sungguh hari yang menyenangkan, terlepas dari cuaca buruk yang bertahan sejak pagi. Aku benar-benar bahagia. Aku semakin merasa telah menemukan duniaku, dunia yang sangat ingin aku diami, yang jauh dari keramaian dan kegaduhan di tanah airku. Betapa bahagianya berada di tengah orang-orang dengan minat yang sama, berbagi keceriaan bersama dan melakukan perjalanan lintas waktu bersama. Aku harap ini bukan yang terakhir. Aku masih ingin menikmati Met yang manis dan hangat itu, sama seperti perasaan yang muncul dalam diriku hari itu. Akhirnya aku menemukan duniaku. Terima kasih untuk kedua teman baruku, Dennis dan Olga :)
viele liebe Grüße aus München,
LV~Eisblume
Dan ini oleh-oleh dari München, foto-foto dari toko Mittelalter :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar