24.2.12

Budaya Kita, Budaya Maksa?

Ini sama sekali bukan esai antropologi. Ini sebenarnya hanya unek-unek gue beberapa hari ini. Langsung saja ya...
Gue biasanya bukan jadi orang pengamat yang suka mengamati sesuatu hal sampai detail, apalagi terus dipikirin dan direnungkan. Tapi kali ini gue baru "ngeh" bahwa ada banyak kejadian di sekitar gue yang membuat gue menulis post ini. Budaya kita, budaya maksa? Maksudnya? Sederhana saja, orang Indonesia itu kalau gue lihat hobinya maksain apapun. Sampai-sampai gue mikir keadaan memaksakan apapun ini sudah sangat membudaya dan bisa ditemui di mana saja!

Sebut saja kejadian yang paling sering gue lihat (dan kalian yang suka naik kendaraan umum juga). Kalau kita naik kendaraan umum, nyaris apapun itu, kereta, angkot, bus, transjakarta, dll. terutama yang bukan untuk perjalanan jauh pasti penuh banget. Penuhnya sampai nggak wajar (coba aja kalo naik kereta arah Jakarta pada pagi hari dan Bogor pada malam hari). Mengapa demikian? Karena sopir/masinis sudah tau penumpang penuh dan desak-desakan sampai pintu nggak bisa ditutup lagi, masih aja dimasukin penumpang baru. Penumpangnya juga nggak tau diri, udah tau di dalam penuh masih aja maksa naik. Duh -___-a
Alasannya memang masuk akal sih, sopir ngejar setoran dan penumpang mau cepat-cepat sampai tujuan.

Kejadian kedua misalnya di jalan raya. Waktu itu gue lagi naik motor di daerah Pasar Minggu dan macet karena lampu merah. Lampu merah! bukan macet total karena kecelakaan! Apa yang terjadi? Banyak banget motor yang nyelonong maksa lewat trotoar, padahal itu daerah pasar. Plis deh, trotoar itu kan buat pejalan kaki, masa nunggu lampu merah sedikit aja nggak mau. Padahal kalau di jalan sabar dikit gue yakin macetnya nggak akan parah. Lebih parahnya lagi, polisi yang harusnya bantu mengatur jalan malah ikut-ikutan. Waktu itu gue lagi di lampu merah Kalibata-Duren Tiga yang lamanya nggak manusiawi itu. Gara-gara harus nunggu seratus sekian detik sampai lampu hijau jalanan di situ jadi macet panjang. Eh tiba-tiba di samping gue ada polisi gendut naik motor jalan di trotoar di depan Taman Makam Pahlawan. Gilak!

Terus ada lagi kejadian di gereja. Kemarin gue misa Rabu Abu di gereja, kebetulan ambil jam yang paling malam (19.30). Gue udah duduk sama nyokap sebelahan dan bangku gereja itu kan di bagian tempat duduknya ada semacam kotak-kotak pembatas yang menunjukkan satu kotak itu ya buat satu orang. Tiba-tiba ada segeng ibu-ibu masuk dan bermaksud duduk di sebelah gue. Mereka berempat sementara di situ cuma ada space untuk tiga orang. Eh.. yang satu maksa loh, padahal di bangku-bangku bagian depan masih ada banyak tempat kosong (yang kalau mau ditempati ya gak bisa berempat sekaligus berderet tapi satu-satu diseling orang lain). Ini ibu maksa banget sampai gue yang udah duluan di situ duduk setengah pantat. Akhirnya gue ngomong ke nyokap untuk minta duduk pisah gue di bangku depan. Sepertinya si ibu itu dengar, langsung deh dia bisik-bisik ke temen-temennya trus pindah duduk di depan. ckckckck...

Memang sih hal-hal tersebut hanya kejadian sehari-hari di kota-kota besar. Gue gak tau apakah kejadian juga di tempat lain. Tapi budaya maksa ini sepertinya memang ada. Bahkan sistem di pemerintahan kita aja maksa. Mau menerapkan demokrasi tapi negara belum sejahtera dan masih miskin ckckck.. mana bisa berhasil. Syarat utama demokrasi kan kesejahteraan rakyat dulu.

Tapi kalau dilihat-lihat lagi permasalahan utama dari budaya maksa yang gue cerita tadi sepertinya ada di kependudukan deh. Orang Indonesia kesejahteraan dan pendapatannya masih rendah tapi pada maksa bikin anak banyak dan gede-gedean keluarga. Duh.. terang aja ya kendaraan umum penuh -___-a Belum lagi Jakarta yang udah penuh ini masih ditambah banyak orang berurbanisasi.. makin penuuuhhhh... Lebih parah lagi, satu orang beli kendaraan satu. Nggak ngerti lagi deh... x.x

Gue selalu mengidam-idamkan negara sepi kayak di Skandinavia atau negara tertib tidak maksa seperti Jerman.... Lebih sehat, lebih nyaman, lebih aman, dan lebih teratur juga. Kapan ya Indonesia (atau setidaknya Jakarta dulu deh) berubah kayak gitu...

19.2.12

List of 10 Tops Must Visit Places in Germany by Me

Sebenarnya judulnya kurang tepat sih karena masih ada banyak dari 10 tempat yang menurut gue wajib dikunjungi kalau ke Jerman. Tapi nanti postingannya jadi panjang banget trus berubah pula jadi blog travel. Padahal gue cuma mau share aja sedikit tentang tempat2 yang bagus di Jerman hehee..
Oke, here they are:

1. Schloss Neuschwanstein

Ini gue taruh di daftar nomor 1 bukan karena gue mainstream atau terpengaruh buku-buku National Geographic Traveler dan Lonely Planet ya... Gue taruh ini di nomor 1 karena memang Neuschwanstein itu tempat terindah di Jerman yang paling wajib dikunjungi. Kastil yang terletak di wilaya Allgaeuer Alpen di bagian selatan Jerman ini bisa dicapai dengan mobil dalam waktu satu sampai satu setengah jam dari Muenchen. Kebanyakan orang hanya tahu informasi ini: kastil ini dibangun oleh Koenig Ludwig II si raja gila pada tahun 1800an (lupa juga gue persisnya kapan) dan menjadi inspirasi kastil Disneyland. Yah, kalau cuma dua alasan itu sih gak worth it dong berkunjung ke sini. Pemandangannya bagus, iya memang, tapi kalau cari kastil di atas bukit yang dikelilingi danau dan gunung sih di Eropa banyak. Ada lagi sebenarnya yang bikin ini jadi wajib dikunjungi (khususnya untuk para mahasiswa Sastra Jerman hohoho..) yang mungkin cuma bisa diketahui dari kata2 pemandu wisata dan pasti gak akan didengerin juga kalau ke sana karena udah terpesona duluan sama keindahan kastilnya. Kastil ini dipenuhi lukisan-lukisan yang diambil dari adegan-adegan operanya Richard Wagner (komposer favorit Koenig Ludwig II dan juga Adolf Hitler!). Kisah-kisah operanya itu yang wajib dilihat. Bayangkan, ada legenda ksatria angsa (Lohengrin), ksatria pencari Holy Grail (Parzival), kisah cinta paling tragis sepanjang masa (Tristan und Isolde), epik tragedi yang paling menarik (buat gue) sepanjang masa (Die Nibelungenslied). Tuh, keren kaaaaan??? 

2. Berchtesgadener Alpen

Berchtesgaden adalah tempat impian gue buat tinggal sampai akhir hidup nanti :) Berchtesgaden adalah sebuah kota kecil (atau desa?) yang terletak di selatan Jerman berbatasan dengan wilayah Austria. Berchtesgaden dikelilingi oleh pegunungan Alpen yang dalam rangkaiannya terletak gunung tertinggi kedua di Jerman, Watzmann. Gambarnya yang di sebelah kiri ini. Berchtesgaden bukan sebuah pedesaan biasa. Ia menyimpan harta alam tak ternilai karena terletak di wilayah taman nasional. Di wilayah Berchtesgaden terdapat danau Koenigssee yang merupakan danau terdalam dan terjernih di Jerman. Tempat ini juga sangat bersejarah karena Adolf Hitler pernah membangun tempat persembunyian dan vila di wilayah ini. Tapi pada intinya tempat ini recommended karena keindahan alamnya. Masih banyak hal-hal menarik yang bisa kita temui di Berchtesgaden ini.

3. Rhein Valley

Lembah di sepanjang sungai Rhein ada di daftar nomor tiga versi gue. Di sepanjang sungai Rhein terhampar perkebunan anggur yang sudah ada sejak zaman Karl der Grosse (Charlemagne) yang menghasilkan wine yang lezat. Kastil-kastil abad pertengahan dengan setiap dongeng dan legendanya berdiri menjulang di kiri kanan sungai. Salah satu legenda yang terkenal di sungai Rhein adalah legenda Loreley. Sungai Rhein juga menjadi tempat yang penting dalam kisah Nibelungenslied. Semua pemandangan itu bisa didapat dengan berlayar menyusuri sungai Rhein dari utara ke selatan (Koblenz ke Rudesheim).

4. Saalfeld Feengrotten

Terletak di daerah Saalfeld di hutan Thuringia. Tempat ini merupakan sebuah gua besar bekas tambang mineral berupa batu bara dan lain-lain. Setelah ditinggalkan muncul mitos bahwa di gua ini tinggal bangsa peri-peri yang tak dapat terlihat. Gua ini merupakan salah satu gua terbesar di dunia dan yang pasti menurut Guiness Book World of Record tercatat sebagai gua paling berwarna di dunia. Di dalamnya terdapat danau dan mata air yang berwarna hijau kebiru-biruan. Cahaya yang masuk dari luar dan terpantul menghasilkan warna kuning emas kecoklatan yang membuat gua ini seperti berada dalam dongeng.

5. Brocken und die Hexenaltar

Urutan ke-5 adalah wilayah yang terletak di bagian tengah Jerman, terbentang dari Hesse sampai Thuringia. Pegunungan Harz yang salah satu puncaknya bernama Brocken atau Blocksberg. Pegunungan ini dikelilingi hutan misterius yang berkabut dan desa-desa tua yang konon didiami oleh para penyihir. Hutan Harz sangat berkabut hingga sering muncul fenomena alam yang disebut "Brockenspectre" yaitu semacam cahaya warna-warni seperti pelangi atau sosok bayangan yang sosok sesungguhnya tidak pernah ada. Di bagian puncak Brocken terdapat tumpukan batu granit yang disebut "Hexenaltar" karena menyerupai altar tempat para penyihir mempersembahkan sesajen atau mengorbankan sesuatu. Konon katanya pada malam St. Walpurga (Walpurgisnacht) yakni tanggal 30 April, para wanita penyihir akan terbang mengendarai sapunya untuk berkumpul di puncak Brocken dan berpesta mengelilingi api unggun besar bersama roh roh jahat yang lain. Legenda ini terdapat pula dalam salah satu karya Goethe, Faust.

6. Schloss Linderhof

Merupakan salah satu kastil yang dibangun oleh Koenig Ludwig II di wilayah Bavaria dan tidak jauh dari Neuschwanstein (tapi tidak dekat juga sampai tinggal ngesot doang nyampe). Istana ini tidak besar namun sangat indah, karena merupakan tiruan dari Versailles di Perancis versi mini. Seperti Versailles, istana ini berarsitektur klasik romanik dan dipenuhi patung-patung khas Yunani kuno dengan kolam-kolam air mancurnya yang indah. Istana ini juga dilengkapi taman-taman bergaya Perancis dengan patung-patung sejenis juga. Ruangan di kastil ini tidak banyak, namun ada satu kamar yang menjadi ruangan favorit Ludwig II dengan sebuah tempat tidur bernuansa biru muda emas yang langsung menghadap jendela besar dengan pemandangan taman dan air mancur. Romantis banget dehh... Lalu, sekalipun istana ini dibangun pada era Romantik (1800an di Jerman) ia sudah menggunakan teknologi canggih, seperti lift dan meja yang bisa muncul dari bawah lantai. Katanya Ludwig II tidak suka melihat pelayan bekerja menyiapkan makanan di depan dirinya dan berjalan ke sana kemari, maka makanan akan disiapkan di dapur di atas meja, dan setelah siap meja ditarik ke atas tepat ke ruang makan Ludwig II menggunakan sistem semacam lift. Tetapi, best feature dari istana ini adalah sebuah gua dengan danau dan perahu angsa tepat seperti dalam lukisan ksatria angsa Lohengrin di Neuschwanstein. Gua tersebut sendiri terinspirasi dari opera Tannhaeuser karya Wagner.

7. Saechsische Schweiz

Walaupun namanya berarti Saxon Switzerland, tetapi tempat ini ada di Jerman bukan di Swiss. Wilayah ini merupakan tebing-tebing berbatu yang berada di tepi sungai Elbe dan populer untuk olahraga panjat tebing. Selain panjat tebing, kita juga bisa sekedar berjalan-jalan (wandern) dan mencapai puncak tebing-tebingnya untuk melihat pemandangan sungai Elbe di bawahnya. Di daerah tersebut juga terdapat hutan-hutan dengan air terjun dan sungai kecil. Gambar di samping adalah sebuah jembatan tua yang menghubungkan puncak-puncak tebing di Saechsische Schweiz.

8. Wartburg bei Eisenach

Wartburg adalah sebuah kastil abad pertengahan yang berdiri megah di dekat kota Eisenach. Sekalipun rupanya tidak mirip, kastil inilah yang menjadi inspirasi Ludwig II ketika membangun Neuschwanstein. Kompleksnya yang luas dan memiliki halaman yang lebar di dalamnya dan dikelilingi bagian-bagian bangunan istana yang berdesain abad pertengahan digunakan untuk desain Neuschwanstein. Pada abad pertengahan, di kastil ini sering diadakan kompetisi Minnesang. Pada Minnesaenger berdatangan dari penjuru negeri untuk menampilkan puisi dan menyanyikan lagu-lagu karangannya. Yang terbaik akan mendapat hadiah berupa pernikahan dengan puteri tuan tanah pemilik kastil Wartburg, namun yang kalah dan tidak disukai tidak segan-segan dibunuh. Kompetisi Minnesang diadakan di ruangan yang disebut Sangersaal, ruangan ini juga ada di Neuschwanstein tetapi tidak pernah digunakan. Ruangan lain yang menarik adalah kolam pemandian yang digunakan para ksatria untuk upacara penobatan mereka. Kastil Wartburg inilah yang menjadi inspirasi Richard Wagner ketika menulis opera Tannhaeuser.

9. Heidelberg

Heidelberg merupakan kota pelajar yang terletak di barat daya Jerman. Universitasnya merupakan salah satu yang tertua dan tujuan studi terbaik mahasiswa dari berbagai belahan dunia. Kota Heidelberg yang dilalui Sungai Neckar sudah sangat tua dan menjadi pusat turisme. Sebagai atraksi wisata kita dapat berlayar di Sungai Neckar dengan pemandangan kota tua gaya abad pertengahan di kiri kanannya. Dengan menaiki semacam kereta khusus kita juga dapat naik ke kastil Heidelberg yang telah jadi reruntuhan bersejarah. Sebelum memasuki kompleks kastil kita akan melalui Elisabethentor, sebuah gerbang yang dibangun oleh kekasih Elisabeth Charlotte, penguasa Heidelberg kala itu. Konon untuk setiap ukiran makhluk yang ada di gerbang itu dan dapat ditemukan oleh Elisabeth akan ditukar dengan sebuah ciuman dari kekasihnya. Kastil Heidelberg sudah tidak memiliki atap, sehingga ketika malam hari akan tampak bintang-bintang yang dapat disaksikan dari lingkungan reruntuhan kastil. Pada waktu-waktu tertentu di jembatan Heidelberg yang melintasi Sungai Neckar akan diadakan pertunjukan kembang api yang sangat indah.

10. Donauquelle, Schwarzwald

Donauquelle adalah sebuah mata air yang terletak di wilayah barat daya Jerman, di hutan yang terkenal dengan sebutan "Black Forest" atau Schwarzwald.
Donauquelle sama sekali bukan mata air biasa karena dari sinilah berasal sungai Donau atau Danube yang terkenal itu. Sungai Danube mengalir dari Jerman hingga Rumania dan melewati banyak negara. Wilayah Schwarzwald sendiri merupakan wilayah yang subur dan dipenuhi hutan-hutan. Wilayah ini terkenal dengan kue tart coklat dengan buah ceri yang lezat bernama Schwarzwalder Kirschetorte, yang kita kenal dengan kue Black Forest. Selain itu tempat ini juga merupakan satu-satunya wilayah di dunia yang memproduksi jam kukuk.

Nahh... itu dia daftar tempat-tempat yang wajib dikunjungi kalau ke Jerman, versi gue tentunya. Kebanyakan memang sesuatu yang tradisional, bersejarah dan bernuansa dongeng, Mungkin bagi kalian yang lebih suka wisata museum atau melihat kemodernan Jerman akan punya daftar sendiri yang sangat berbeda dari punya gue ini hehehe...

17.2.12

And Finally I Only Have to Open My Heart..

Berhubung belum jauh-jauh dari Hari Kasih Sayang (yang sebenarnya gak bener-bener gue rayain juga, bukan karena budaya Baratnya tetapi karena setiap hari sudah terasa Valentine buat gue, cieilaaahhh...), jadi gue mau curcol dikit soal Liebe.

Beberapa hari lalu gue sempat melakukan perenungan, ya semacam flashback tentang kehidupan cinta gue sejak yang pertama sampai yang sekarang. Kalau ditotal udah lumayan banyak juga orang yang gue "ekele"in dan yang meng"ekele"kan gue. (Hmm.. ekele itu bahasa ciptaannya temen gue, Abeth, yg artinya kira2 menggebet/suka, jadi kalo ada kata "ekele" artinya gebetan ya). Ekele gue dari yang pertama sampai yang sekarang tujuh. Satu di antaranya persis seperti impian gue, tapi di antara tujuh orang itu nggak ada yang sampai jadi. Di samping itu ada beberapa orang yang ngekelein gue juga (yang dalam waktu bersamaan gue sama sekali nggak mengekelekan mereka) tapi ada 2 yang jadi.

Sebenarnya untuk ukuran zaman sekarang gue terbilang agak telat mengalami yang namanya pacaran pertama kali. Kalau rata-rata orang udah pernah coba di SMP atau SMA, gue baru nyoba pas kuliah. Pas SMP kepentok aturan nyokap dan waktu SMA gak punya pemandangan karena di sekolah homogen. Jujur aja gue dulu sempat desperate juga kenapa kok teman-teman gue banyak yang suka atau berhasil jadi sama ekelenya sementara gue enggak. Banyak teman gue yang abis putus pasti ada aja yang gandeng lagi sementara gue jadian aja belom. Kata siapa gue gak pernah Upe (Usia Panik)? Nah tapi gue selalu punya senjata: gue menghibur diri dengan menyakinkan kalau jodoh gue emang bukan dari Indonesia tapi gue harus merambah dunia internasional yang memang gue impikan dari dulu. Emang sih kriteria gue ketinggian, secara fisik gue prefer orang Jerman, Slavia atau Skandinavia (ingat, bukan sekedar bule! tapi ada preferensi bangsa), secara karakter gue maunya yang jujur, setia, sabar, pengertian, romantis, lebih pintar dari gue, punya sifat kaya ksatria2 zaman Mittelalter dan belum pernah melakukan *piiiiiip* (yakali ada orang Jerman, Slavia atau Skandinavia yang kaya gini secara rata2 orang sana 13 tahun udah itu). Nah ketinggian kan, tuh??

Setelah beberapa kali gagal dengan ekele lokal gue gara-gara macem-macem alasan yang gue gak ngerti akhirnya gue merambah dunia internasional dengan ikut Deutschcamp. Di sana gue punya ekele orang Jerman, tinggi, cakep, pinter dan baik hati bernama Till Langrehr hahaha... eh sayangnya dia boro-boro ngelirik gue ternyata dia udah punya cewek pula. Yah, sedih deh... Dan jujur aja gue emang gak begitu dekat sama dia sekalipun gue udah berusaha sepertinya dia memang gak tertarik. Setelah dia gue sempat kenalan juga dengan beberapa orang Jerman yang menurut gue menarik via internet tetapi sepertinya mereka juga gak tertarik sama gue. Gue pun jadi desperado lagi dan berpikir jangan-jangan orang luar pun gak tertarik sama gue, apalagi setelah temen gue si Maya bilang muka gue terlalu cakep (huekkk narsis) buat orang bule yang biasanya seleranya sama muka mbak-mbak. -____-a

Akhirnya gue mulai berpikir, kalau gue terus-terusan berharap nemuin orang sempurna kaya kriteria gue itu kapan gue belajar menjalin hubungan. Apalagi sampai sekarang belum ada Praktikan ganteng yang masih muda dan mengajar di jurusan gue. Oke taruhlah gue baru jadian waktu gue udah di Jerman (paling cepat ya S2 dan itu kira2 umur gue udah 22-23 berarti 2 tahun lagi udah sampai usia ideal menikah). Saat itu pasti gue udah dikejar-kejar umur dan gak mungkin berlama-lama lagi pacaran kan? Sementara gue gak pengalaman pasti masih bego ini itu dan kekanak-kanakan, gimana caranya tuh orang bisa tahan? Sejak saat itu gue berpikir untuk pakai prinsip "carpe diem". Gue mulai berefleksi kenapa sampai kuliah belum jadian. Apakah gue tipe yang tidak disukai? Ternyata tidak juga, tapi kebanyakan orang yang mengekelekan gue itu langsung gue tepis dan usir karena jelas udah gak sesuai dengan kriteria gue. Gue gak pernah mau kenal dan lihat mereka lebih dalam lagi, gak cuma sekedar "kelokalannya" dan beberapa sifat minus yang membuat dia gak perfect dan dicoret dari daftar gue. Gue sombong banget berasa kaya putri bangsawan yang semuanya harus sempurna. Ya jelas aja gak ada yang jadi. Apalagi dengan orang-orang itu gue semacam membangun tembok tinggi dan pasang tulisan dijidat "gak mau didekati sama orang selain Jerman, Slavia atau Skandinavia".

Prinsip "carpe diem" itu sendiri bukan berarti jadian sama semua orang yang ngekelein gue, tapi lebih pada berpandangan realistis dan gak perlu lihat yang jauh-jauh kalau di sini sudah ada. Buat apa ngejar orang yang  gak jelas bakal ada atau tidak, atau yang gak suka sama kita sementara di dekat kita ada seseorang yang benar-benar menyukai kita dan menawarkan hatinya untuk kita? Siapa tahu dengan kita membuka hati sedikit dan membiarkan dia mencintai kita nantinya kita akan sadar bahwa orang itulah yang sebenarnya ditakdirkan untuk jadi pasangan kita? :') (duh, bahasanya...). Biarkan aja dulu orang itu (sekalipun gak sesuai dengan kriteria kita) mencintai kita dengan caranya, dari situ kita akan sadar kok orang itu sebenarnya berarti gak buat kita, pantas gak untuk kita habiskan waktu berlama-lama sama dia. Yang sesuai kriteria belum tentu yang terbaik juga buat kita, siapa tahu nantinya kita akan lebih bahagia dengan seseorang yang sama sekali gak bisa kita bayangkan? (contohnya gue sekarang :'D). Well, sometimes God gives me not what I want but what I need, and finally I only have to open my heart, to let him to love me through his own way... :) So far I'm happier than before :D