Ini sama sekali bukan esai antropologi. Ini sebenarnya hanya unek-unek gue beberapa hari ini. Langsung saja ya...
Gue biasanya bukan jadi orang pengamat yang suka mengamati sesuatu hal sampai detail, apalagi terus dipikirin dan direnungkan. Tapi kali ini gue baru "ngeh" bahwa ada banyak kejadian di sekitar gue yang membuat gue menulis post ini. Budaya kita, budaya maksa? Maksudnya? Sederhana saja, orang Indonesia itu kalau gue lihat hobinya maksain apapun. Sampai-sampai gue mikir keadaan memaksakan apapun ini sudah sangat membudaya dan bisa ditemui di mana saja!
Sebut saja kejadian yang paling sering gue lihat (dan kalian yang suka naik kendaraan umum juga). Kalau kita naik kendaraan umum, nyaris apapun itu, kereta, angkot, bus, transjakarta, dll. terutama yang bukan untuk perjalanan jauh pasti penuh banget. Penuhnya sampai nggak wajar (coba aja kalo naik kereta arah Jakarta pada pagi hari dan Bogor pada malam hari). Mengapa demikian? Karena sopir/masinis sudah tau penumpang penuh dan desak-desakan sampai pintu nggak bisa ditutup lagi, masih aja dimasukin penumpang baru. Penumpangnya juga nggak tau diri, udah tau di dalam penuh masih aja maksa naik. Duh -___-a
Alasannya memang masuk akal sih, sopir ngejar setoran dan penumpang mau cepat-cepat sampai tujuan.
Kejadian kedua misalnya di jalan raya. Waktu itu gue lagi naik motor di daerah Pasar Minggu dan macet karena lampu merah. Lampu merah! bukan macet total karena kecelakaan! Apa yang terjadi? Banyak banget motor yang nyelonong maksa lewat trotoar, padahal itu daerah pasar. Plis deh, trotoar itu kan buat pejalan kaki, masa nunggu lampu merah sedikit aja nggak mau. Padahal kalau di jalan sabar dikit gue yakin macetnya nggak akan parah. Lebih parahnya lagi, polisi yang harusnya bantu mengatur jalan malah ikut-ikutan. Waktu itu gue lagi di lampu merah Kalibata-Duren Tiga yang lamanya nggak manusiawi itu. Gara-gara harus nunggu seratus sekian detik sampai lampu hijau jalanan di situ jadi macet panjang. Eh tiba-tiba di samping gue ada polisi gendut naik motor jalan di trotoar di depan Taman Makam Pahlawan. Gilak!
Terus ada lagi kejadian di gereja. Kemarin gue misa Rabu Abu di gereja, kebetulan ambil jam yang paling malam (19.30). Gue udah duduk sama nyokap sebelahan dan bangku gereja itu kan di bagian tempat duduknya ada semacam kotak-kotak pembatas yang menunjukkan satu kotak itu ya buat satu orang. Tiba-tiba ada segeng ibu-ibu masuk dan bermaksud duduk di sebelah gue. Mereka berempat sementara di situ cuma ada space untuk tiga orang. Eh.. yang satu maksa loh, padahal di bangku-bangku bagian depan masih ada banyak tempat kosong (yang kalau mau ditempati ya gak bisa berempat sekaligus berderet tapi satu-satu diseling orang lain). Ini ibu maksa banget sampai gue yang udah duluan di situ duduk setengah pantat. Akhirnya gue ngomong ke nyokap untuk minta duduk pisah gue di bangku depan. Sepertinya si ibu itu dengar, langsung deh dia bisik-bisik ke temen-temennya trus pindah duduk di depan. ckckckck...
Memang sih hal-hal tersebut hanya kejadian sehari-hari di kota-kota besar. Gue gak tau apakah kejadian juga di tempat lain. Tapi budaya maksa ini sepertinya memang ada. Bahkan sistem di pemerintahan kita aja maksa. Mau menerapkan demokrasi tapi negara belum sejahtera dan masih miskin ckckck.. mana bisa berhasil. Syarat utama demokrasi kan kesejahteraan rakyat dulu.
Tapi kalau dilihat-lihat lagi permasalahan utama dari budaya maksa yang gue cerita tadi sepertinya ada di kependudukan deh. Orang Indonesia kesejahteraan dan pendapatannya masih rendah tapi pada maksa bikin anak banyak dan gede-gedean keluarga. Duh.. terang aja ya kendaraan umum penuh -___-a Belum lagi Jakarta yang udah penuh ini masih ditambah banyak orang berurbanisasi.. makin penuuuhhhh... Lebih parah lagi, satu orang beli kendaraan satu. Nggak ngerti lagi deh... x.x
Gue selalu mengidam-idamkan negara sepi kayak di Skandinavia atau negara tertib tidak maksa seperti Jerman.... Lebih sehat, lebih nyaman, lebih aman, dan lebih teratur juga. Kapan ya Indonesia (atau setidaknya Jakarta dulu deh) berubah kayak gitu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar