7.9.12

Siapa Menyepakati?

Sebenarnya ini sebuah pertanyaan yang muncul di otak saya kemarin, ketika baru keluar dari kelas Semantik Pragmatik. Waktu di dalam kelas pertanyaan ini udah muncul, tapi bingung mau nanya gimana. Hal ini berkaitan dengan bahan kajian mata kuliah semantik, yaitu tanda secara umum dan tanda bahasa. Ibu dosen menjelaskan bahwa ada banyak hal yang dapat digolongkan sebagai tanda, misalnya: benda, rambu-rambu, kata, gambar, warna, dll. Pada intinya yang diperlukan sesuatu itu untuk menjadi sebuah tanda adalah adanya kesepakatan bersama dari orang yang melihatnya bahwa sesuatu tersebut menyiratkan suatu makna.

Banyak hal telah disepakati masyarakat sebagai tanda. Contoh yang kemarin sempat disebutkan juga misalnya warna putih sebagai simbol kesucian atau kebersihan dan warna hitam sebagai simbol duka, kesedihan dan kegelapan atau kejahatan. Sebenarnya saya bingung, siapakah orang-orang yang "menyepakati" tanda-tanda ini? Siapa yang bilang kalau putih itu simbol kesucian dan hitam adalah simbol kegelapan/kejahatan? Jika tanda itu sudah disepakati sejak lama oleh masyarakat yang lampau, apakah masyarakat atau generasi yang hidup sekarang boleh tidak sepakat atau harus menuruti apa yang sudah ada? Atau lebih ekstrim lagi, bolehkah saya tidak sepakat dengan makna tanda tersebut? Bagaimana kalau saya berpikir bahwa baik warna putih dan hitam itu sama saja? Bagaimana jika saya berpikir bahwa hitam itu lebih indah daripada putih? Bagaimana jika saya memberi arti yang berbeda dari orang-orang kebanyakan? Apakah berarti saya salah? :c

Ada yang bisa bantu? :)

1 komentar:

  1. Boleh boleh saja dong.
    Tapi saya tidak bisa menjelaskan dari pertanyaan tadi..nunggu yang lain menjawab dulu saja ah.

    BalasHapus