2.9.12

Penyihir Cermin dan Lady Calime (1)

Kisah ini datang dari zaman yang sudah sangat lama berlalu. Di sebuah desa yang terletak tak jauh dari kota yang dikelilingi tembok tinggi, tinggallah sebuah keluarga sederhana. Keluarga ini memiliki dua orang anak perempuan. Yang pertama berusia lima tahun dan dikaruniai wajah yang begitu cantik dan lembut, sementara yang kedua baru saja lahir kemarin dengan keadaan bertolak belakang dengan sang kakak. Meski demikian, anak kedua itu memiliki nama yang indah, Blanche.

Orang tua Blanche sangat kecewa melihat anak kedua mereka. Mereka bahkan berharap jika anak itu sebaiknya tidak dilahirkan saja. Wajahnya buruk dan perkembangan tubuhnya lambat. Kemampuan motorik maupun kepandaiannya jauh berbeda dibanding kakaknya. Karena begitu kecewa akan kondisi Blanche, orang tuanya berusaha menyembunyikan keberadaannya. Mereka selalu mengaku hanya memiliki satu anak saja kepada semua orang. Blanche disembunyikan dan dikurung dalam ruangan yang gelap di sudut rumah seolah ia orang gila atau berpenyakit menular. Ketika ia berbuat kesalahan, orang tuanya tidak segan-segan memberinya hukuman fisik yang berlebihan. Blanche tidak pernah kenal teman dan pergaulan. Masa kecilnya dihabiskan dalam kegelapan.

Suatu ketika di ulang tahunnya yang ke-16, Blanche meratapi nasibnya seorang diri di sudut ruangan tempat dirinya disembunyikan. Bahkan sampai usianya yang hampir dewasa, orang tuanya tidak melepasnya keluar. Sementara kakaknya sudah berencana melangsungkan pernikahan, ia tidak kenal siapapun di luar, seolah ia tidak pernah ada di dunia. Di sela-sela tangisnya itulah terdengar suara kepak sayap yang semakin kuat.
"Selamat malam, gadis cantik. Mengapa engkau menangis?" terdengar suara parau yang dingin menyapanya.
"Siapa kau?!" Blanche menengadah dan terkejut melihat seekor gagak hitam besar bertengger di jendela kecil tepat di atas kepalanya. Jendela itu adalah satu-satunya sumber cahaya dan tempat ia dapat mengintip sedikit dunia luar.
"Aku? Aku utusan Maharaja Kegelapan," jawabnya sambil tertawa dingin.
"A-apa.. apa yang kau lakukan di kamarku?" tanya Blanche, masih ketakutan.
"Aku hendak membantumu keluar dari masalahmu, gadis cantik. Aku tahu betul masalahmu. Kau hampir dewasa dan kau ingin keluar dari sini, bukan? Kau ingin punya teman bukan? Kau ingin seperti kakakmu yang cantik itu, ya kau ingin itu dan aku bisa membantumu," jelas sang gagak.
"Omong kosong!" kata Blanche sembari menyeka air matanya. "Aku buruk rupa begini, bagaimana bisa aku jadi seperti kakakku yang cantik itu! Lebih baik aku mati saja!" 
"Jangan bodoh, Blanche. Kau berpotensi, bahkan melebihi kakakmu. Yang kau perlukan hanyalah mencari akar penyebab penderitaanmu dan menerima tawaranku untuk membantumu," kata sang gagak.
Blanche menatap gagak itu ragu. Ia lelah dengan kenyataan pahit yang harus dihidupinya, tetapi ia baru kenal gagak ini dan tidak tahu ada rencana apa dibaliknya.
"Ayolah, Blanche. Maharaja Kegelapan ingin melihatmu berbahagia di hari ulang tahunmu. Sungguh. Maka itu ia mengirim ini," kata sang gagak yang tiba-tiba telah membawa botol kecil di kakinya.
"Apa itu?" tanya Blanche.
"Ramuan ajaib untuk hadiah ulang tahunmu. Dengan ini kau akan mengetahui apa yang disebut kebahagiaan. Dengan ini kau akan bebas. Percayalah. Kau boleh menuntutku jika aku berbohong," bujuk sang gagak.
Akhirnya Blanche jatuh dalam bujukan burung berbulu legam itu dan menerima tawarannya. Sang burung menarik tutup botol yang dibawanya.
"Sekarang aku minta setetes darahmu dan setetes air matamu untuk dicampurkan dalam botol ini," pinta sang gagak.
Seolah terhipnotis, Blanche melangkah ke sudut lain ruangan kecil itu. Di atas meja yang terletak di sana ada pisau buah yang ujung tajamnya bersinar diterpa cahaya bulan yang masuk lewat jendela kecil. Tanpa ragu Blanche menggores telapak tangannya dan meneteskan darahnya ke dalam botol. Rasa sakit yang dirasakannya membuat matanya dibasahi air mata dan dengan segera ia menumpahkan air mata itu dalam botol kecil sang gagak.
"Minumlah, Blanche, dan kau akan mendapatkan semua yang kau inginkan," bisik sang gagak lalu tertawa melihat keberhasilannya.
Blanche menghabiskan isi botol ramuan itu. Segeralah mata jahatnya terbuka dan hati baiknya tertutup. Ia melihat dengan jelas setiap orang yang menyakiti dirinya. Ia melihat jelas setiap orang yang ia harapkan mati saja. Dan sasaran pertamanya adalah orang tuanya sendiri.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar