17.6.13

Ia yang Menjelma

Bagaimana jika sang Raja Mimpi telah menjelma jadi sosok yang berbeda? Maksudku, masa lalu dan masa kini hanya dimensi berbeda, bukan? Demikian pula dengan kenyataan dan khayalan. Mungkin saja ia yang kutemui itu sesungguhnya sang Raja Mimpi. Ia sudah terlampau lelah mendiami istananya di tanah impian sana. Ia mencari tantangan baru. Dan ia begitu berbeda, sudah tidak pengecut lagi. Tetapi impiannya masih sama, mewujudkan kerajaan ideal abad pertengahan pada waktu yang bukan zamannya lagi. Ia tidak terlalu menyukai komposer antisemit itu, atau dongeng-dongeng dari utara, karena ia telah menyaksikan sendiri sisi gelap dari semua itu. Ia menyaksikan sendiri penderitaan yang sama yang ditelurkan oleh kekuasaan kerajaan  yang dibencinya, yang mengalahkan kerajaannya dan merampas tahtanya.

Ia masih berkeyakinan kuat pada yang Tiga tetapi Satu, tetapi tidak seperti dulu. Dulu ia menggambarkan diri sebagai raja ideal yang telah ditunjuk sebagai wakil di dunia, seperti era abad pertengahan. Sekarang ia sedikit terbuka dengan zamannya dan mulai mencoba petualangan-petualangan baru, termasuk mencoba yang paling rahasia. Apa yang paling membuatku yakin ia telah menjelma jadi sosok lain adalah tentang cintanya pada legenda ksatria angsa. Kini ksatria angsa tak lagi berlayar di atas punggung putih angsa raksasa yang berbulu lembut. Ksatria angsa adalah jelmaan dari sekawanan angsa yang terbang menyongsong langit, menyongsong kemenangan. Dahulu, ksatria angsa yang dikaguminya adalah keturunan ksatria cawan suci yang mencari benda misteri itu ke pelosok bumi. Ksatria angsanya kini berusaha melindungi kekuasaan cawan suci itu.

Raja Mimpi mencintai kedamaian, tetapi kini ia berani berperang demi mempertahankan kedamaian itu. Aku dan dia memiliki lawan yang sama. Awalnya bagiku bukan lawan, hanya saja semakin lama mengenal, aku semakin tidak suka. Dan Raja Mimpi juga tidak suka. Tentu ia tidak ingin peninggalan budayanya yang megah lagi indah tergusur begitu saja oleh mereka, yang tampak tidak menyukainya. Ia tidak menyukai dominasi, meski dominasi adalah damai, karena ia tidak bebas berada di tanah milik musuh-musuhnya.

Apa yang jadi impiannya sekarang, telah begitu berbeda dari yang dulu. Dulu ia berusaha membangun kastil-kastil megah sebanyak mungkin, perwujudan dunia abad pertengahan yang ideal baginya. Sekarang, ia hanya ingin membangkitkan kembali kekuatan sepasukan ksatria angsa bersayap yang pernah jaya menumpas musuh-musuhnya di era yang lampau. Kini musuhnya datang lagi, mulai hendak merebut tanah dan warisan budayanya, dan ia hendak siapkan ksatria-ksatria angsa itu untuk memulangkan mereka ke tanah asalnya yang panas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar