- Masih menggunakan sistem politik Absolutismus
- Kekuasaan raja yang terlalu mutlak telah membuat sekelompok masyarakat golongan menengah (Burgertum) yang terpelajar karena memiliki akses terhadap pendidikan ingin membebaskan diri mereka.
- Muncul kultur "Salon" (Salon = ruangan tempat duduk-duduk seperti Wohnzimmer), yakni kebiasaan berkumpul untuk bertukar pikiran dan mengemukakan pendapat di ruang duduk. Para wanita pun sudah turut ambil bagian dalam kultur ini.
- Dari pertukaran pendapat di Salon ini, maka berkembanglah berbagai kritik terhadap kondisi sosial politik dan kekuasaan raja yang akhirnya berujung pada pergerakan Aufklaerung.
- Pada masa ini ada pula usaha mencerdaskan masyarakat dari golongan yang mendapat akses pendidikan lewat diterbitkannya buku dan majalah.
- Semboyan: Beranilah menggunakan akal budimu sendiri.
Perbedaan abad kegelapan (Mittelalter) dengan zaman pencerahan (Aufklaerung):
>> Mittelalter
- Percaya takhayul dan tidak masuk akal (Aberglaube) sebagai akibat dari begitu ketat dan kuatnya kekuasaan gereja sehingga orang mencari kepercayaan dan pegangan di luar gereja. Maka dari itu pada zaman Mittelalter banyak terdapat Hexe (penyihir).
- Feodalismus dan kekuasaan yang sewenang-wenang di berbagai bidang.
- Digunakannya rasio dan akal budi
- Masyarakat memiliki kebebasan (untuk berkembang dan terlibat) di berbagai bidang seperti politik dan ekonomi
- Emansipasi wanita
- Tokoh-tokoh zaman Aufklaerung:
- Rene Descartes (Prancis), seorang filsuf yang menjadi pelopor pergerakan Aufklaerung (yang dicirikan dengan semangat penggunaan rasio). Ia menyatakan "corgito ergo sum" (Ich denke also bin ich = bahwa eksistensi manusia disebabkan karena mereka berpikir menggunakan akal budinya).
- Voltaire, J.J.Rousseau (terkenal karena teori "contract social") dan Diderot (penyusun ensiklopedi yang pertama). Tokoh-tokoh ini muncul didorong oleh kekuasaan Louis XIV yang sewenang-wenang.
- John Locke, Isaac Newton (Inggris)
- Leibniz (Jerman), yang menyatakan: manusia harus memiliki keinginan-keinginan yang berasal dari akal budinya.
- Burgerliches Trauerspiel: menceritakan konflik dan tragedi antara wanita dari golongan Burgertum dan pria bangsawan. Contoh: Emilia Galotti karya G.E. Lessing.
- Fabel, banyak ditulis oleh G.E. Lessing sebagai sarana untuk mengkritik penguasa. Contoh: Der Esel und der Wolf, der Hamster und die Ameise.
- Lehrgedicht: puisi yang berisi tentang ajaran-ajaran.
- Vernunft (akal budi)
- Toleranz (toleransi beragama)
- Menschenrechte (HAM)
- Nathan der Weise: kisahnya berupa Ringparabel (cerita berbingkai) yang pada intinya ingin mengangkat persoalan toleransi antarumat beragama. Kisah ini masih banyak dimainkan sampai sekarang karena dianggap relevan.
- Minna von Barnhelm: merupakan salah satu jenis Burgerliches Lustspiel (komedi tentang golongan Burgertum dan bangsawan). Terinspirasi dari pengarang "der Fruehling" dan salah satu tokohnya yaitu Tellheim terinspirasi dari seorang bangsawan sungguhan yaitu von Kleist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar