25.8.12

Freyja's Rune (1)


Pagi itu sangat cerah. Aku tidak menyangka akan menerima kabar buruk yang begitu mendadak. Seseorang berdiri di depan pintu rumahku dan menekan bel. Aku masih sangat kecil ketika itu, mungkin sekitar 6 tahun usiaku. Ibu berjalan menuju pintu dan membukanya. Sosok kecilnya berdiri di sana. Sigurd, tetanggaku, teman bermainku, dan seseorang yang diam-diam kusukai.
"Freyja, maaf aku baru bilang sekarang. Ibu selalu melarangku kemari, jadi aku tidak bisa menemuimu. Aku harus pergi sekarang," katanya.
Ibuku langsung mempersilakan ia masuk, tetapi ia menolak. Alasannya sama, ditunggu oleh ibunya. Aku tidak menyangka salam itu menjadi salam perpisahannya. Dengan cepat suara ibunya yang berteriak-teriak memanggil dirinya. Aku tak sempat membalas apapun sebelum ia pergi dari hadapanku. Aku berlari mengejarnya, tetapi ia telah menghilang masuk ke dalam mobil. Aku melihat dirinya dari balik kaca mobil yang gelap. Ia menangis. Aku juga. Kupanggil namanya.. Sigurd.., Sigurd..., berharap mobil berhenti dan menurunkan dirinya. Tapi tentu saja hal itu tidak terjadi. Mobil itu menghilang di belokan jalan. Aku masih terdiam dan menangis di situ, sampai ibuku datang dan memelukku. Ia menjelaskan bahwa keluarga Sigurd pindah ke kota, tetapi mereka tidak memberikan alamat barunya, entah mengapa.

* * *
Aku tersentak dari lamunanku, tanpa sadar tanganku menggenggam kuat bandul kalung yang tergantung di dadaku. Sekeping batu bertanda seperti huruf X atau silang itu sesungguhnya adalah salah satu huruf Rune bernama Gebo. Kalung itu pemberian Sigurd untuk ulang tahunku yang ke-12, sebelum akhirnya ia pergi untuk selamanya. Aku masih ingat bungkusan kecil yang kuterima pada pagi hari ulang tahunku di kotak surat. Di dalamnya ada satu set batu Rune, sebuah buku tentang cara pemakaiannya dan kalung ini disertai secarik kertas. "Untuk Freyja. Semoga masa depanmu menjadi masa depan terindah seperti yang kau bayangkan. -- Sigurd." demikian tertulis di kertas itu.

Ketika itu aku tidak mengerti apa maksud Sigurd memberikan hadiah semacam itu padaku. Satu set batu Rune bukanlah hal yang biasa, meski cukup sering ditemukan di sini. Benda itu sudah digunakan oleh leluhur bangsa kami sejak zaman dahulu kala, tepatnya untuk meramal nasib atau membaca situasi dan karakter seseorang. Orang yang ahli menggunakan Rune untuk hal-hal demikian disebut Runemaster atau Runemistress. Mungkinkah Sigurd ingin aku menjadi Runemistress? Atau ia memberikannya hanya untuk koleksiku saja? Sejujurnya aku tidak percaya diri menggunakannya. Aku merasa tidak punya talenta mengetahui masa depan atau membaca situasi dan semacamnya menggunakan media. Tidak, aku belum berani menggunakannya. Aku merasa aku belum percaya sepenuhnya pada benda warisan leluhur itu. Setiap kali aku ingin mencobanya pada akhirnya aku hanya membiarkan Rune itu berserakan di meja. Seperti yang lagi-lagi kulakukan hari ini, ketika aku bosan dan tidak punya hal lain untuk dikerjakan.

Aku mulai membolak-balik buku yang datang bersama batu-batu Rune itu. Buku itu sudah kubaca berulang kali. Di dalamnya tertera sejarah Rune, asal muasalnya, arti setiap karakternya dan yang terpenting, cara meramal menggunakan Rune. Tetapi bagian favoritku (dan yang paling kuingat) adalah penjelasan tentang Rune Gebo. Rune Gebo, merupakan salah satu bagian dari rangkaian delapan Rune Freyja, yaitu delapan Rune pertama dari seluruh Rune. Rune Gebo memiliki tiga makna utama, yakni hadiah, cinta dan pengampunan. Mungkinkah Sigurd memilih Rune ini untukku hanya karena Rune ini menyimbolkan hadiah? Atau dia meminta maaf karena kami tidak lagi bisa bermain bersama? Atau..., ah.., aku tidak terlalu yakin dengan makna ketiga. Sigurd dan aku hanya teman masa kecil, sekalipun rasa sukaku padanya belum hilang sampai sekarang. Setelah kepergiannya, aku merasa tidak akan bisa mencintai orang lain. Aku selalu merindukan dia.

* * *
"Freyja...," suara lembut ibuku membangunkan tidurku yang sangat tidak nyaman. "Astaga, Freyja! Kenapa kau tidur di meja? Pasti kau ketiduran lagi semalam."
Ibu berjalan masuk ke kamarku selagi aku mengusap mata dan memaksa tubuhku untuk kembali menghadapi rutinitas sehari-hari. Kulihat ibuku sudah rapi berpakaian, seperti biasa ia selalu bangun lebih pagi dariku.
"Freyja, apa yang kau lakukan?" ibu mengusap kepalaku dengan lembut, lalu pandangannya beralih ke meja. "Ah, Rune itu lagi. Sampai kapan kau akan membuatnya berserakan tanpa melakukan apapun? Sudahlah, benda seperti itu bukan untukmu, Freyja. Kau bukan Runemistress. Keluarga kita tidak terlahir dengan talenta itu," kata ibu.
"Tapi Bu, Sigurd memberikan ini padaku, pasti ada maksudnya," aku bersikeras.
"Sigurd?" ibu mengernyit. "Sudahlah, Freyja. Sigurd tidak akan kembali. Ia sudah lama tiada. Ibu mengerti perasaan kehilanganmu, Sayang. Tapi Ibu tidak ingin melihatmu terus menerus berada dalam kesedihan dan kenangan masa lalu. Kau harus kembali menjalani hidupmu. Banyak lelaki di luar sana. Kau bisa bersenang-senang dan melupakan sejenak kepergian Sigurd."
Aku mendesah kecewa. Aku tahu Ibu pada akhirnya akan berkata demikian dan aku sadar bahwa apa yang dikatakannya itu benar. Hidupku harus terus berjalan, sekalipun tanpa Sigurd. Tapi bersenang-senang dengan lelaki lain? Itu tidak mungkin. Semua orang di luar sana menganggapku aneh. Aku tidak cantik, seleraku tidak umum. Huh, ujung-ujungnya aku akan kembali pada kenangan akan Sigurd-ku dan berharap ia masih ada. Ya, kalau saja ia masih ada. Aku sedih jika teringat bahwa aku tidak ada di sisinya pada hari terakhirnya. Aku masih tidak bisa menerima fakta bahwa aku tidak menghadiri pemakamannya. Bahkan aku tidak tahu di mana ia dikuburkan. Aku sedih jika mengingat bahwa aku tidak melewatkan hari-hari bersamanya lebih banyak. Kenangan yang tersisa padaku hanyalah kebersamaan di masa kecil dan hadiah ini. Karenanya aku ingin setidaknya aku mempergunakan hadiah ini sebaik-baiknya, karena aku merasa tulisan di kertas itu adalah pesan terakhirnya.
"Freyja? Apa kau dengar Ibu?" tanya ibuku ketika tersadar bahwa aku melamun lagi.
"Eh, iya Bu, tentu aku dengar. Terima kasih untuk sarannya, Bu. Mungkin aku akan coba lain kali. Untuk sekarang, aku masih ingin mencoba mempergunakan hadiah ini sebaik-baiknya. Mungkin suatu saat aku akan bisa menggunakan batu-batu Rune ini," kataku.
"Hmm.. seperti biasa, anak Ibu selalu keras kepala. Baiklah, kalau Ibu boleh memberi saran, sebaiknya jika kau ingin bisa menggunakan Rune ini, kau belajar pada ahlinya," kata Ibu.
"Ahlinya? Siapa?" tanyaku, sedikit gembira karena rupanya Ibu tidak melarangku sama sekali untuk terus mencoba.
"Mungkin pertama-tama kau harus mencoba diramal menggunakan Rune dulu," kata Ibu lagi. "Lihat ini, Ibu mendapatkan ini ketika pergi ke pasar tadi pagi," ia menyodorkan sebuah brosur padaku.
"Festival Viking dan Abad Pertengahan?!" aku terkejut ketika membaca tulisan yang tertera di brosur itu.
"Baiklah, Freyja. Semoga itu bisa membantumu. Ibu akan ke dapur sekarang. Cepat kau mandi dan bereskan batu Rune yang berserakan itu," kata Ibu yang kemudian berlalu pergi.
Festival Viking dan Abad Pertengahan. Acara itu sesungguhnya merupakan acara tahunan di Bergen, tetapi karena aku baru pindah kemari setahun lalu maka kali ini adalah kesempatan pertamaku untuk melihat dan menikmatinya secara langsung. Festival itu berlangsung setiap musim panas selama beberapa hari. Di sana akan ada banyak sekali musisi dari seluruh Eropa yang tampil secara langsung. Musik-musik mereka umumnya bernuansa folk, abad pertengahan atau metal. Orang-orang yang datang ke festival itu akan mengenakan pakaian bergaya Viking dan abad pertengahan. Di festival itu juga akan ada pasar yang menjual berbagai pernak pernik bernuansa abad pertengahan dan era Viking. Tidak ketinggalan sesuatu yang paling kucari : stand peramal tempat Runemaster dan Runemistress yang berpengalaman akan meramal memakai batu Rune. Aku sangat tidak sabar ingin mencobanya untuk pertama kali. Mungkin besok akan jadi hari yang sangat menyenangkan.

(bersambung)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar