29.8.12

Freyja's Rune (2)

Festival Viking dan Abad Pertengahan. Keramaian itu kini tepat berada di depan mataku. Orang-orang dari berbagai golongan berlalu lalang dalam pakaian ksatria Viking atau putri-putri kastil abad pertengahan. Mereka mengenakan aksesoris dan atribut yang sejak lama sangat ingin kumiliki. Aku sendiri hanya mengenakan pakaian sederhana yang kupikir "paling bernuansa abad pertengahan". Aku membawa tas kulit berwarna coklat sederhana dan memakai sandal bergaya kekaisaran Romawi yang diikat silang setinggi lutut. Rambut merahku kubiarkan tergerai alami.

Seiring langkahku semakin jauh ke dalam pasar abad pertengahan itu, aku semakin tidak bisa menghentikan rasa kagumku terhadap festival itu. Aku serasa sungguh-sungguh terlempar ke era Viking dan abad pertengahan. Tenda-tenda, miniatur kastil, orang-orang berlalu lalang dan segala macam acara yang diselenggarakan mengingatkan aku pada gambar-gambar yang terdapat di naskah-naskah kuno. Dari arah panggung selalu terdengar melodi dari berbagai alat musik tradisional yang dimainkan oleh beberapa band secara bergantian. Ah, seandainya aku bersama Sigurd sekarang. Ia pasti senang sekali berada di festival ini. Aku teringat pada salah satu permainan favorit kita ketika kecil dulu. Permainan ksatria Viking yang mengalahkan naga untuk menyelamatkan putri yang dicintainya. Sigurd seolah menjelma menjadi Sigurd sang Pembunuh Naga sungguhan. Sigurd...Sigurd... kuharap sebelum kepergianmu kau telah sedikit mencicipi festival ini.

Hari menjelang sore. Setelah aku berputar-putar seorang diri dalam keramaian festival itu, akhirnya aku menemukan tempat yang kucari. Stand peramal Rune. Aku menjadi yang terakhir mengantri karena rupanya stand itu akan tutup sebentar lagi. Beruntung sekali diriku masih sempat mencoba ramalan itu. Aku sangat tidak sabar melihat sang Runemaster atau Runemistress mempraktekkan kebolehannya. Aku juga penasaran tentang petunjuk Rune itu akan hidupku.

Setelah penantian panjang, akhirnya tibalah giliranku untuk masuk ke sisi dalam tenda yang dikelilingi tirai hitam. Hanya sebuah meja kayu sederhana dan sebatang lilin yang hampir habis menemani sang peramal. Tidak ada satu pun batu Rune yang berserakan di atas meja. Tentu saja, karena nanti akulah yang akan mengambil sendiri dari kantongnya. Demikianlah kalau batu Rune itu dipakai untuk meramal orang lain.
"Selamat malam, Nona. Selamat datang. Boleh saya tahu nama Anda?" tanya sang peramal. Dari suaranya sepertinya ia seorang pria, jadi, Runemaster.
"Freyja," jawabku sembari berusaha mengetahui seperti apa rupa sang Runemaster karena ia mengenakan jubah hitam panjang yang bahkan nyaris menutupi seluruh wajah kecuali mulutnya.
"Apa yang ingin kau ketahui lewat batu-batu Rune ini?" tanyanya.
"Mmm.. aku.. aku.. ingin tahu arti hadiah yang diberikan teman masa kecilku, dan...aku ingin tahu apakah aku akan bisa menemukan cinta lagi setelah kepergian temanku ini," jawabku dengan grogi dan malu.
"Silakan, Anda bisa memulai. Ambil lima batu Rune dari kantong ini," katanya mempersilakan.
Aku merasakan aura mistis di sekelilingku. Asap lilin memenuhi ruangan kecil itu seolah mengaburkan pandanganku dan membawaku ke dimensi lain. Dimensi tempat para leluhur hidup bersama dewa dewi. Dimensi tempat rahasia kehidupanku tersimpan. Aku memejamkan mata, mencoba berkonsentrasi dan memusatkan pikiran pada satu pertanyaan yang ingin kutanyakan. Bukan tentang batu Rune, bukan tentang menjadi Runemistress, tetapi tentang arti hadiah Sigurd dan menemukan cinta setelah aku kehilangan dirinya.
Tanpa sadar jariku mendorong keluar lima batu Rune butir demi butir dan menempatkannya pada pola yang telah dibuat sang Runemaster. Semua batu itu kini terserak di atas meja dengan posisi begitu alami --- bahkan sang Runemaster pun tidak menyentuh atau mengubah posisinya sama sekali. Kemudian aku merasa pikiranku dikembalikan ke alam nyata.

"Ah!" sang Runemaster terkejut sembari menatap batu Rune yang sudah terletak dengan manis di atas mejanya. "Maaf, apakah tadi nama Anda Freyja?"
"Ya, namaku Freyja," jawabku tanpa mengerti alasan sang Runemaster terkejut.
"Bagaimana bisa...," ia berbisik seolah pada dirinya sendiri. "... Freyja, perlu kuberi tahu sebelumnya bahwa semua batu Rune yang kau ambil secara kebetulan tergolong dalam batu Rune Freyja. Ada tiga golongan batu Rune yaitu Freyja atau Frey, Heimdall dan Tyr ...."
Suara sang Runemaster seolah makin samar dan menghilang. Aku terkejut dan melamun mengamati setiap batu Rune yang terletak di meja. Benar kata sang Runemaster. Semua batu Rune yang kuambil merupakan anggota dari Rune Freyja.
"Baiklah, saya akan mulai dari Rune di sebelah kanan. Rune ini bernama Thurisaz, tetapi posisinya menelungkup ketika Anda ambil tadi. Rune ini menunjukkan sesuatu di masa lalu yang memicu masalah Anda. Ada sesuatu yang tidak baik yang tersamar menjadi sesuatu yang baik di masa lalu Anda," jelasnya.
Aku berpikir keras berusaha mencari jawabannya. Di hadapanku seolah tergambar nyata kejadian ketika Sigurd berpamitan dan pindah dari rumah sebelah ke kota besar dan aku berlari mengejarnya dengan sedih. Tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu. Apa yang membuat Sigurd pindah dengan terburu-buru dan ibunya melarangnya memberi tahuku?
"Rune berikutnya terletak di tengah, dekat dengan Anda. Rune ini bernama Kaunaz tetapi letaknya terbalik. Ini menunjukkan diri Anda di masa kini. Anda mengalami suatu masa yang suram, gelap dan seolah tidak memiliki petunjuk apapun tentang masalah yang Anda ingin tahu jawabannya," kata sang Runemaster.
Aku mengangguk menyetujui apa yang dikatakan batu-batu Rune itu. Kulihat sang Runemaster tersenyum dari balik bayang jubahnya. Aku seolah ingin mengingat sesuatu, tetapi aku tidak bisa menemukan hal itu dalam memoriku. Masih ada empat batu Rune lagi yang menunggu untuk dijelaskan lebih lanjut. Sang Runemaster bersiap dengan Rune yang paling kiri. Ia tersenyum lagi dengan penuh misteri. Aku begitu tegang menunggu penjelasannya. Entah baik atau buruk sesuatu yang akan ditunjukkan oleh batu Rune itu.

(bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar